Finnews.id – Konsolidasi Jaringan Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) se-Indonesia menyerukan agar kepemimpinan PBNU kembali tunduk pada mekanisme AD/ART serta menghormati ikhtiar islah para kiai sepuh.
Seruan ini muncul di tengah kekhawatiran akan adanya tindakan sepihak dan kesewenang-wenangan di tubuh PBNU.
Juru Bicara Jaringan Kader Muda NU, Purwaji, menegaskan rencana pihak tertentu untuk menggelar rapat pleno guna menunjuk Penjabat (Pj) Ketua Umum justru bertentangan dengan kehendak para kiai sepuh yang sedang mengupayakan islah.
“Jika benar ada rencana pleno penunjukan Pj, itu adalah bentuk kesewenang-wenangan. Para kiai menghendaki islah, bukan pemaksaan pleno. Sangat menyedihkan jika suara para kiai dianggap bisa diabaikan begitu saja,” kata Purwaji.
Dia menekankan AD/ART bukan formalitas, tetapi pagar yang menjaga kehormatan perkumpulan.
Ia menilai terdapat kecenderungan penggunaan kewenangan struktural untuk membatasi dialog, menutup ruang permusyawaratan, hingga mengabaikan seruan para masyayikh atau kiai sepuh.
Situasi tersebut, lanjut Purwaji, dinilai mengancam marwah organisasi dan membuat NU kehilangan ruh dasarnya sebagai perkumpulan yang berpijak pada syura, moral publik, dan kebenaran yang dibimbing para ulama.
Islah Adalah Jalannya Para Kiai
Sementara, salah satu kader muda NU, Fajri Al Farobi, menegaskan bahwa tradisi NU hanya bisa hidup dalam ruang dialog.
“Islah adalah jalannya para kiai. Ketika pintu dialog ditutup dan keputusan diambil sepihak, maka itu bukan lagi tradisi NU. Maka dari itu, forum konsolidasi ini adalah gerakan moral untuk memastikan NU tetap berada di rel yang benar,” ujarnya.
Para kader menyatakan gerakan mereka bukan pembangkangan, tetapi upaya menegakkan kembali tradisi perkumpulan yang dibimbing para kiai sepuh dari Ploso hingga Tebuireng, demi menjaga persatuan dan marwah NU.