Home Megapolitan Sejarah Boen Tek Bio, Perjalanan Panjang Kelenteng Tertua di Tangerang
Megapolitan

Sejarah Boen Tek Bio, Perjalanan Panjang Kelenteng Tertua di Tangerang

Bagikan
Kelenteng Boen Tek Bio merupakan tempat peribadatan umat Konghuchu yang tertua di Tangerang.
Bagikan

finnews.id – Kelenteng Boen Tek Bio merupakan tempat peribadatan umat Konghuchu yang tertua di Tangerang. Tedy Santi Balo dari Pusat Kajian Tionghoa Benteng Boen Tek Bio mengatakan, kelenteng ini telah berdiri diperkirakan sejak 1684.

“Adanya komunitas orang-orang Tionghoa pada saat itu yang membuat satu pemukiman yang disebutnya Petak 9,” kata Tedy saat ditemui Disway Group, Selasa 28 Januari 2025.

Kemudian, Tedy melanjutkan, komunitas Tionghoa ini memegang teguh nilai-nilai leluhur, yakni “Di mana Bumi dipijak, di situlah langit dijunjung”.

“Dia tetap berpijak kepada yang namanya norma-norma dari leluhurnya. Artinya mereka melakukan tetap mengingat leluhurnya dengan penghormatan,” tuturnya.

Diungkapkannya, Kelenteng Boen Tek Bio memiliki filosofi, yakni memuliakan Tuhan, menghormati para leluhur.

“Maka di setiap kelenteng itu pasti di depannya itu ada altar yang kita sebut, untuk pertama ke Tuhan, Sang Khalik Yang Maha Agung sebagai penciptanya. Setelah itu baru leluhurnya,” ungkap Tedy.

Lebih lanjut, sejarah panjang kelenteng ini membuatnya bertransformasi bentuk setelah dilalui berbagai pemugaran.

“Perkiraan oleh ahli-ahli sesepuh kita bilang, itu masih bentuknya atap rumbiak yang belum berbentuk seperti ornamen ini,” bebernya.

Pemugaran berlangsung selama 12 tahun, yakni sejak 1844 hingga 1856. Sejak pemugaran itu tidak pernah dilakukan perubahan lagi sama sekali dan masih tetap eksis hingga sekarang.

“Makanya kelenteng ini disakralkan dan dihormati, bukan saja dari masyarakat Kota Tangerang, tapi di luar dari kota Tangerang,” cetusnya.

Bahkan ketika banyak orang-orang Kota Tangerang telah bertransmigrasi, tetap memiliki ikatan memori terhadap kelenteng ini.

“Karena orang sembayang itu pertama kan yakin dan harus yakin. Bukan yakin saja tapi harus yakin. Jadi mungkin dengan begitu mereka mempunyai satu ada kontak batin dengan kelenteng tersebut,” tuturnya.

Tak menutup kemungkinan pula informasi yang menyebar dari mulut ke mulut antarumat Tionghoa yang pernah beribadah ke kelenteng ini semakin menarik banyak pengunjung.

Bagikan
Artikel Terkait
Daerah rawan longsor Jakarta
Megapolitan

Peringatan Dini BPBD:  12 Kecamatan Rawan Longsor di Jakarta saat Natal dan Tahun Baru

finnews.id – Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), Badan Penanggulangan Bencana...

prakiraan cuaca Rabu 17 Desember 2025
Megapolitan

Prakiraan Cuaca Rabu 17 Desember 2025: Hujan Ringan Dominasi Jakarta dan Kepulauan Seribu

Finnews.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan kondisi cuaca di...

Puncak Arus Mudik Natal dan Tahun Baru
Megapolitan

Puncak Arus Mudik Nataru Diprediksi 19–20 Desember, Ini Persiapan Dishub DKI 

finnews.id – Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta memprediksi puncak arus mudik pada...

Prakiraan Cuaca Jakarta 16 Desember
Megapolitan

Awas Hujan Sore! Prakiraan Cuaca DKI Jakarta Selasa 16 Desember 2025

Finnews.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk...