Catatan Dahlan Iskan

Tingtal Sebahu

Bagikan
Bagikan

Oleh: Dahlan Iskan

KELUAR dari bandara Makelle, saya tolah-toleh: yang mana yang menjemput saya. Semuanya hitam. Semuanya keriting. Semuanya seperti belum mandi selama tiga hari.

Saya juga hitam. Juga belum mandi. Hanya saja tidak keriting. Justru sudah mulai botak.

Tempat kedatangan di bandara internasional ini tidak punya teras. Apalagi anjungan.

Begitu keluar dari pengambilan bagasi langsung hamparan aspal. Saya tidak punya bagasi. Dari atas aspal itulah mata saya jelalatan.

Matahari pagi menyala terang. Udara sangat sejuk: 20 derajat. Tapi kering. Bikin kulit meriang. Bersisik. Lupa pula bawa VCO. Bibir ikut kering. Terancam pecah-pecah. Saya bukan tipe pria salon: tidak pernah membawa lotion pelembab kulit.

Seorang lelaki muda mendekat. Usia sekitar 35 tahun. Rambutnya tingtal –keriting total. Dibiarkan memanjang hampir sebahu. Pakai kaus warna gelap. Kekar. Ada tatto besar di lengannya. Giginya putih. Gigi yang kuat. Matanya cendekia. Dahinya agak lebar.

Ia membawa kertas yang seperti baru disobek dari buku tulis. Ada garis-garis tipis. Ada tulisan samar yang dibuat dengan ballpoint sekali gores: Dahlan.

“Iya. Saya.”

“Come with me”.

Saya naik ke mobilnya. Mobil Toyota Land Cruiser model lama. Mobil tua. Banyak tembelan silotip hitam di sana-sini. Saya duduk di depan, di sebelah kanannya yang lagi memegang kemudi.

“Kita langsung ke Nagesh?” tannyanya.

“Betul sekali. Langsung”.

Bandara Makelle ini di pinggir kota Makelle, ibukota region Tigray. Ketika mobil mulai bergerak saya bisa melihat sebagian kota Makelle. Tentu jarang terlihat ada pohon. Kering. Debu tipis menyapu udara yang harusnya cerah.

Makelle kota miskin. Tapi terasa mulai berusaha bangkit. Banyak bangunan tinggi –sekitar 10 lantai. Beberapa bangunan baru berkaca dan berklading modern. Tapi bangunan lamanya masih lebih dominan.

Nantilah. Kembalinya dari Nagesh bisa melihat Makelle lebih dalam. Sekarang ke arah utara dulu. Lancar. Sudah tidak ada kesan ketegangan politik atau militer.

Saya beruntung. Sopir travel saya ini banyak tahu pergolakan di Tigray. Bahkan ia pernah ditahan. Satu tahun. Istrinya pun ikut ditahan. Bersama dua anak kecilnya: umur 4 tahun dan bayi enam bulan.

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Gula Semut  

LIMA pengusaha kecil anggota Hipmi Mojokerto saya minta naik panggung. Saya heran:...

Catatan Dahlan Iskan

Dua Satu

YANG hebat dari NU: punya dua pengurus besar tapi keduanya berkantor di...

Catatan Dahlan Iskan

Otot Kuat  

BUKAN baru sekarang ini menantu Pak Iskan itu kesakitan (lihat Disway: Empati...

Empati Wanita
Catatan Dahlan Iskan

Empati Wanita

Saya khawatir: Ira Puspadewi membaca komentar perusuh Disway yang bernama samaran ”Definisi...