finnews.id – Larangan medsos Australia menjadi sorotan dunia karena keputusan ini menandai pertama kalinya sebuah negara melarang total akses media sosial bagi anak di bawah 16 tahun.
Kebijakan tersebut bukan muncul secara tiba-tiba, melainkan hasil dari kekhawatiran panjang tentang keselamatan digital, kesehatan mental remaja, dan minimnya langkah nyata perusahaan teknologi untuk melindungi pengguna muda.
Karena itu, kebijakan ini segera memicu debat global tentang batas wajar penggunaan teknologi dan tanggung jawab industri digital.
Perubahan Cara Pandang terhadap Media Sosial
Pada era awal media sosial, banyak pemimpin teknologi percaya platform tersebut akan meningkatkan pendidikan, membuka ruang dialog publik, dan memperkuat hubungan sosial.
Mantan pimpinan Facebook Australia, Stephen Scheeler, mengakui bahwa optimisme itu sangat kuat. Namun seiring berkembangnya platform, berbagai masalah mulai muncul. Ia menilai bahwa walaupun ada manfaatnya, ada terlalu banyak sisi buruk yang tidak bisa lagi diabaikan.
Pandangan ini menjadi salah satu landasan mengapa larangan medsos Australia dianggap perlu. Banyak whistleblower dari berbagai perusahaan teknologi mengungkap bagaimana fitur tertentu justru memperbesar risiko bagi remaja, termasuk paparan konten ekstrem, tekanan sosial, hingga potensi eksploitasi.
Tingginya Risiko bagi Kesehatan Mental Remaja
Berbagai penelitian internasional menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang intens dapat meningkatkan kecemasan, depresi, rasa tidak aman terhadap tubuh, serta gangguan tidur pada remaja.
Platform digital juga dirancang untuk memicu keterikatan yang bisa mengarah pada kecanduan. Di usia perkembangan, hal ini memperburuk kondisi emosional mereka.
Larangan medsos Australia lahir dari data-data tersebut. Pemerintah menilai remaja membutuhkan ruang aman di dunia digital, terutama ketika banyak fitur keamanan yang digemborkan perusahaan teknologi ternyata tidak efektif. Laporan terbaru menunjukkan sebagian besar alat proteksi yang ditujukan bagi pengguna muda gagal menyaring risiko secara optimal.