Finnews.d – Wilayah Karibia Utara berjuang bangkit dari puing-puing setelah dilanda oleh Badai Melissa, salah satu badai Atlantik terkuat yang pernah tercatat. Melissa mendarat di Jamaika pada Selasa 28 Oktober 2025 sebagai badai Kategori 5 dengan kecepatan angin mencapai 295 km/jam (185 mph), menyamai rekor kekuatan badai Atlantik saat mendarat.
Dua hari pasca badai, gambaran kehancuran di Jamaika sangat mengerikan. Di komunitas-komunitas tenggara pulau yang terkena dampak langsung, suara mesin berat, gergaji mesin, dan parang mendominasi suasana, menandai upaya putus asa untuk membersihkan puing-puing.
Korban tewas di Jamaika telah mencapai setidaknya 19 orang, termasuk seorang anak, dan otoritas memperingatkan bahwa angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring tim penyelamat berhasil mencapai puluhan komunitas terisolasi.

Di salah satu lokasi, warga memohon bantuan untuk mengevakuasi jasad korban yang tersangkut di pepohonan, sebuah gambaran betapa parahnya kesulitan logistik yang dihadapi.
Menteri Pendidikan Jamaika, Dana Morris Dixon, menggambarkan situasi dengan kalimat tajam: “Seluruh Jamaika benar-benar hancur karena apa yang terjadi.”
Krisis Infrastruktur dan Logistik
Dampak Melissa melumpuhkan sebagian besar infrastruktur utama Jamaika:
Listrik: Sekitar 72% pulau masih tanpa listrik.
Komunikasi: Hanya 35% situs telepon seluler yang beroperasi, membuat komunikasi dan koordinasi darurat terhambat.
Pengungsi: Lebih dari 13.000 orang memadati tempat-tempat penampungan darurat.
Bantuan: Penerbangan bantuan darurat yang membawa air, obat-obatan, dan kebutuhan pokok telah mendarat. Helikopter diterjunkan untuk menyalurkan makanan ke komunitas yang terputus total akibat jembatan dan jalan yang ambruk.

Menteri Telekomunikasi dan Energi, Daryl Vaz, meminta kesabaran warga yang frustrasi dan cemas, di mana antrean panjang terbentuk di beberapa pom bensin dan supermarket yang masih buka. Sementara itu, truk-truk air dikerahkan untuk melayani komunitas pedesaan yang tidak terhubung dengan sistem utilitas pemerintah.
 
                                                                         
                                     
                             
                                 
				                
				             
						             
						             
						             
						             
 
			         
 
			         
 
			         
 
			         
                                                                                                             
				             
				            