finnews.id – Bonnie Blue (nama asli Tia Emma Billinger) adalah seorang bintang film dewasa dan pembuat konten asal Inggris yang menjadi sorotan di Bali pada Desember 2025.
Kasus Penangkapan: Ia ditangkap di kawasan Badung, Bali, pada awal Desember 2025 karena diduga memproduksi konten asusila di sebuah studio.
Hasil Sidang: Pengadilan Negeri Denpasar menjatuhkan denda sebesar Rp200.000 atas pelanggaran lalu lintas karena menggunakan mobil pikap terbuka bertuliskan “Bonnie Blue’s Bangbus” untuk mengangkut penumpang demi konten. Polisi menyatakan video asusila yang ditemukan adalah koleksi pribadi dan tidak disebarluaskan, sehingga tidak memenuhi unsur pidana pornografi.
Deportasi: Pihak Imigrasi Ngurah Rai mendeportasi Bonnie Blue bersama tiga rekannya pada pertengahan Desember 2025 karena penyalahgunaan izin tinggal wisata (Visa on Arrival) untuk aktivitas komersial. Ia juga dilarang masuk ke Indonesia (penangkalan) selama 10 tahun.
Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan RI menegaskan bahwa bintang porno asal Inggris berinisial TEB alias Bonnie Blue dilarang masuk ke Indonesia selama 10 tahun. Penegasan ini sekaligus meluruskan klaim Bonnie Blue yang menyebut masa penangkalannya hanya enam bulan.
“Betul, [kami tangkal selama] 10 tahun, bukan enam bulan seperti yang disebutkan yang bersangkutan dalam video,” ucap Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Imigrasi Yuldi Yusman dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Yuldi menjelaskan, sejak 12 Desember 2025 Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Ngurah Rai, Bali, telah mengajukan penangkalan terhadap Bonnie Blue selama 10 tahun. Pengajuan itu tertuang dalam surat bernomor WIM.20-GR.03.02-19449.
Penangkalan tersebut dilakukan menyusul pelanggaran hukum dan penyalahgunaan izin tinggal yang dilakukan Bonnie Blue selama berada di Bali. Kasus ini bermula dari keresahan masyarakat atas aktivitas Bonnie bersama belasan warga negara asing (WNA) yang dinilai mengganggu ketertiban umum.
Bonnie Blue dan belasan WNA lainnya sempat diamankan Polres Badung pada 4 Desember lalu di sebuah studio di kawasan Pererenan. Mereka diduga membuat konten pornografi. Namun, meski ditemukan video dewasa, polisi menyatakan unsur pidana tidak terpenuhi karena konten tersebut disebut hanya untuk dokumentasi pribadi dan tidak disebarluaskan.