Home Internasional Mengungkap Dampak Kenaikan Suhu 2,6°C bagi Bumi Tercinta
Internasional

Mengungkap Dampak Kenaikan Suhu 2,6°C bagi Bumi Tercinta

Bagikan
Dampak Kenaikan Suhu
Dampak Kenaikan Suhu, Image: SMatlock / Pixabay
Bagikan

finnews.id – Dampak kenaikan suhu 2,6°C kini menjadi perhatian utama para ilmuwan karena konsekuensinya bisa mengubah cara hidup manusia di seluruh dunia. Dalam beberapa dekade terakhir, suhu bumi telah meningkat sekitar 1,3°C akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan. Jika tren ini terus berlanjut, kondisi Bumi akan memasuki masa penuh ketidakstabilan iklim yang memengaruhi cuaca, pangan, dan kesehatan. Maka dari itu, memahami skala dampak kenaikan suhu menjadi penting agar kebijakan mitigasi dapat diarahkan secara tepat dan berkelanjutan.

Perubahan Iklim dan Titik Kritis

Kenaikan suhu global hingga 2,6°C diperkirakan akan memicu titik-titik kritis iklim atau tipping points, yaitu kondisi ketika perubahan yang terjadi tidak dapat dikembalikan ke keadaan semula. Misalnya, sirkulasi arus Atlantik yang menjaga kestabilan iklim Eropa dapat melemah atau bahkan berhenti. Hal ini akan memicu musim dingin ekstrem di satu wilayah dan kekeringan parah di wilayah lain. Selain itu, lapisan es di Greenland dan Antarktika bisa mencair secara permanen, memicu kenaikan permukaan laut yang mengancam kota-kota pesisir besar di dunia.

Tidak hanya itu, hutan hujan Amazon juga berisiko berubah menjadi sabana akibat kekeringan dan kebakaran berulang. Hilangnya fungsi hutan sebagai penyerap karbon akan mempercepat pemanasan global. Sementara itu, terumbu karang di lautan tropis yang selama ini menjadi tempat hidup bagi ribuan spesies laut akan punah karena suhu air yang terlalu tinggi. Semua ini menunjukkan bahwa dampak kenaikan suhu tidak hanya soal angka, melainkan ancaman terhadap keseimbangan ekosistem bumi.

Dampak Terhadap Pertanian dan Ketahanan Pangan

Sektor pertanian termasuk yang paling merasakan konsekuensi langsung dari pemanasan global. Kenaikan suhu menyebabkan perubahan pola hujan dan memperpanjang musim kering di banyak wilayah. Petani di daerah subtropis menghadapi risiko gagal panen karena gelombang panas yang semakin sering, sedangkan di Asia dan Afrika, sistem pertanian tradisional terganggu oleh monsun yang tidak menentu. Akibatnya, produksi pangan dunia bisa menurun hingga 10 persen pada pertengahan abad ini.

Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan krisis pangan global, terutama di negara-negara berkembang yang bergantung pada impor gandum, jagung, dan beras. Ketika pasokan berkurang dan harga pangan naik, ketimpangan sosial dapat meningkat. Inilah sebabnya mengapa upaya mitigasi dan adaptasi di sektor pertanian sangat penting untuk menghindari kerawanan pangan yang meluas akibat dampak kenaikan suhu.

Bagikan
Artikel Terkait
Donald Trump
Internasional

Trump Tandatangani RUU Anggaran Jangka Pendek, Akhiri Shutdown 43 Hari

finnews.id – Langkah besar terjadi di Washington ketika Trump tandatangani RUU anggaran...

Peselancar Angin Australia
Internasional

Kisah Andy McDonald, Peselancar Angin Australia yang Selamat dari Serangan Hiu Besar

finnews.id – Peselancar angin Australia kembali menjadi sorotan setelah Andy McDonald, pria...

Internasional

Miss Israel Melanie Shiraz Tatap Sinis Miss Palestine Nadeen Ayoub di Ajang Miss Universe 2025

finnews.id – Nama Melanie Shiraz, finalis Miss Israel 2025, mendadak menjadi sorotan dunia...

Kecelakaan bus di Peru
Internasional

Bus Terjun ke Jurang di Peru Selatan, 37 Penumpang Tewas dan 13 Luka-Luka

Kecelakaan Maut di Wilayah Pegunungan Peru Finnews.id – Sebuah bus penumpang di...