Home News Lantang Bersuara Soal Pagar Laut, Warga Desa Kohod Khawatir Diintimidasi
News

Lantang Bersuara Soal Pagar Laut, Warga Desa Kohod Khawatir Diintimidasi

Bagikan
Sejumlah nelayan bersama personel TNI AL membongkar pagar laut yang terpasang di kawasan pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (18/1/2025).
Sejumlah nelayan bersama personel TNI AL membongkar pagar laut yang terpasang di kawasan pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (18/1/2025). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/
Bagikan

finnews.id – Warga Desa Kohod, Kabupaten Tangerang, Banten merasa tertekan jika terlalu lantang berbicara soal pagar laut. Pasalnya, mereka sering mendapat intimidasi dari oknum aparat desa.

Hal tersebut diungkapkan oleh warga asli Desa Kohod, berinsial E, yang ditemui awak media usai Menteri Agararia dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) meninjau lahan Sertifikat Hak Milik Guna Bangunan (SGHB) di area pagar laut Alar Jiban, Kohod.

Mulanya E mengatakan, sangat setuju jika pagar laut yang mengganggu aktivitas nelayan itu dibongkar. Terlebih ketika Sertifikat Hak Guna Bangunan (SGHB) dibatalkan oleh Menteri ATR-BPN.

“Senang, senang sekali. Saya terima kasih ke Bapak Menteri (ATR-BPN, Nusron Wahid). Terima kasih ke Bapak Prabowo. Terima kasih. Saya mendukung sekali Pager Laut dicabut,” ujarnya kepada awak media, dikutip Sabtu, 25 Januari 2025.

Wanita yang mengenakan kerudung cokelat itu menegaskan, dirinya ingin membantu pihak terkait untuk menuntaskan polemik pagar laut.

Jika pelaku tertangkap, kata E, pemerintah harus bijak memberikan sanksi sesuai prosedur. Apalagi saat ini mafia tanah memang menjadi suatu permasalahan di Desa Kohod.

“Saya ingin tuntaskan pagar laut. Penjarakan yang terkait. Ya, usut mafia tanah. Karena saya warga sini. Asli warga sini. Tumpah darah saya di sini!” teriaknya.

Saat ditanya alasan mengapa dirinya menentang persoalan pagar laut, E mengungkapkan nasib para nelayan di daerah setempat dan memperjuangkan mata pencahariannya.

“Habis nelayan susah, ribet nyari nafkah. Biasa dapat puluhan ribu, ratusan ribu, sekarang dapatnya kecil. Sedangkan apa-apa mahal bu, dapat uang Rp50.000 nggak mencukupi biaya anak sekolah. Kebutuhan sekarang mahal,” ungkapnya.

Meski begitu, dirinya membantah perkataan Kepala Desa Kohod, Tarsin yang mengatakan sebelum adanya pagar laut, dahulunya area tersebut adalah empang dan tambak.

“Enggak. Emang laut, emang laut. Emang laut dipager. Tadinya emang gak ada (empang atau tambak),” jelasnya.

Selepas menjawab semua pertanyaan awak media, wanita tersebut terlihat khawatir. Ia takut jika dirinya terlalu vokal malah menjadi bomerang dan mendapatkan intimidasi dari aparat desa.

Bagikan
Artikel Terkait
News

Libur Panjang Nataru 2025/2026, JNT Prediksi Peningkatan Volume Lalu Lintas di Ruas Tol Nusantara

finnews.id – Jasamarga Nusantara Tollroad Regional Division (JNT/Regional Nusantara) sebagai koordinator jalan...

Profil Bupati Bekasi Ade Kuswara
News

Profil Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang yang Ditangkap KPK

finnews.id – Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang diamankan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi...

OTT KPK di Hulu Sungai Utara
News

Kasus Dugaan Pemerasan, Dua Oknum Kejari Hulu Sungai Utara Tiba di Gedung KPK

Finnews.id – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami dugaan praktik lancung di...

Kebijakan WFA ASN Nataru 2025
News

WFA ASN Saat Libur Nataru Tuai Kritik, DPR: Jangan Sampai ‘Not Working at All’

Finnews.id – Kebijakan pemerintah yang mengizinkan Aparatur Sipil Negara (ASN) bekerja dari...