finnews.id – Perdamaian Gaza tahap kedua semakin dekat, menurut pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu. Tahap ini merupakan lanjutan dari rencana perdamaian yang dimediasi oleh Amerika Serikat untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas. Netanyahu menekankan bahwa meskipun kemajuan telah dicapai, beberapa isu penting, seperti penyerahan senjata oleh Hamas, masih menjadi tantangan utama.
Sejak gencatan senjata awal diberlakukan, kedua pihak terus saling menuduh melakukan pelanggaran. Israel tetap menguasai sebagian besar Gaza, sementara Hamas kembali mengatur wilayah yang tersisa. Red Cross dan tim Hamas kini tengah melanjutkan pencarian jenazah korban Israel terakhir, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata awal.
Tahap Kedua Rencana Perdamaian
Tahap kedua rencana perdamaian yang dimaksud mencakup beberapa langkah penting. Israel diharapkan menarik pasukannya lebih jauh dari Gaza, sementara otoritas transisi dibentuk dan pasukan keamanan internasional diterjunkan. Hamas diwajibkan untuk menyerahkan sebagian atau seluruh persenjataannya, dan proses rekonstruksi Gaza pun harus dimulai.
Netanyahu menyatakan bahwa tujuan utama dari tahap kedua ini adalah mengakhiri kekuasaan militer Hamas di Gaza dan memastikan strip tersebut didemiliterisasi. Namun, ia juga mengungkapkan skeptisisme mengenai kemampuan pasukan internasional untuk memaksa disarmament Hamas.
“Ini bisa dilakukan dengan cara mudah, bisa juga cara sulit. Tapi pada akhirnya, itu akan dilakukan,” kata Netanyahu dalam konferensi persnya.
Hamas dan Respons Internasional
Sementara itu, pejabat Hamas, Bassem Naim, menyatakan kelompoknya terbuka untuk membekukan atau menyimpan senjata sebagai langkah awal menuju tahap kedua perdamaian. Hamas tetap menekankan perlunya pembentukan negara Palestina merdeka sebagai syarat untuk menyerahkan senjata sepenuhnya.
Amerika Serikat dan mediator internasional lainnya terus memberikan tekanan kepada kedua pihak agar tahap kedua rencana perdamaian bisa segera dijalankan. Presiden Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa fase kedua “akan segera terjadi,” sementara pejabat Qatar menegaskan bahwa momen kritis telah tercapai.