finnews.id – Gempa Jepang 7,5 Magnitudo kembali menjadi pusat perhatian dunia karena getarannya yang menyebabkan puluhan warga terluka dan memicu evakuasi besar-besaran di wilayah Aomori. Kejadian ini berlangsung pada Senin malam ketika aktivitas seismik meningkat secara tiba-tiba dan membuat ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi mencari tempat aman. Sejak detik pertama, peristiwa ini langsung memunculkan kekhawatiran global, terutama karena Jepang dikenal sebagai negara dengan sejarah panjang gempa besar.
Dalam beberapa jam setelah guncangan awal, pemerintah Jepang bergerak cepat dengan menerapkan berbagai protokol tanggap darurat. Langkah ini dilakukan karena Gempa Jepang 7,5 Magnitudo berpotensi menimbulkan risiko lanjutan baik berupa gempa susulan, gangguan infrastruktur, maupun ancaman tsunami. Meskipun peringatan tsunami sudah dicabut, kewaspadaan tetap dipertahankan mengingat kondisi geologi Jepang yang sangat aktif.
Kronologi Guncangan yang Terjadi di Wilayah Aomori
Guncangan kuat terjadi pada pukul 23.15 waktu setempat. Menurut Japan Meteorological Agency, pusat gempa berada pada kedalaman 50 kilometer dan sekitar 80 kilometer dari lepas pantai Aomori. Meski tidak memicu tsunami besar, beberapa wilayah tetap mengalami gelombang setinggi 70 sentimeter. Namun, gelombang tersebut cukup untuk memperkuat kepanikan warga yang tinggal di dekat garis pantai.
Setidaknya 30 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat tertimpa benda, terjatuh, atau terkena reruntuhan saat mencoba menyelamatkan diri. Pemerintah daerah Aomori kemudian mengonfirmasi bahwa sekitar 2.700 rumah mengalami pemadaman listrik, sementara layanan kereta dihentikan untuk memastikan keamanan jalur dan struktur rel.
Evakuasi 90.000 Warga dan Respons Pemerintah Jepang
Dalam situasi genting seperti ini, pemerintah Jepang langsung mengeluarkan perintah evakuasi yang mencakup sekitar 90.000 warga. Langkah tersebut diambil untuk meminimalkan risiko jika gempa susulan terjadi. Perdana Menteri Sanae Takaichi juga menyampaikan pesan kepada publik agar memastikan kesiapan evakuasi, termasuk mengamankan furnitur dan mengenali rute penyelamatan.
Setelah menerima laporan kerusakan, pemerintah pusat membentuk kantor respons darurat di bawah manajemen krisis Perdana Menteri. Hal ini dilakukan untuk mengoordinasikan upaya penyelamatan, evakuasi, pengamanan fasilitas vital, hingga mempercepat pemulihan infrastruktur yang terdampak. Gempa Jepang 7,5 Magnitudo menjadi ujian baru bagi sistem mitigasi bencana negara tersebut, yang selama ini dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia.