Home Internasional Makan Sekali Sehari: Gaza Krisis Pangan walau Bantuan Masuk
Internasional

Makan Sekali Sehari: Gaza Krisis Pangan walau Bantuan Masuk

Bagikan
Krisis Pangan Gaza
Krisis Pangan Gaza, Image: Yousef_Masoud / Pixabay.jpg
Bagikan

finnews.id – Masakan dalam panci besar dan dipanaskan dengan api kayu, berjajar panjang di halaman. Para juru masak menambahkan tomat kaleng dan paprika, serta menaburkan rempah-rempah dengan tangan terampil. Apa yang mereka siapkan bukan sekadar makan siang, tetapi garis hidup bagi ribuan orang.

American Near East Refugee Aid (Anera) membuka dapur komunitas di al-Zawayda, Gaza Tengah, enam minggu setelah gencatan senjata. Organisasi kemanusiaan asal AS ini juga menjalankan dapur serupa di al-Mawasi, Gaza Selatan. Dua bulan lalu, saat blokade Israel mencegah masuknya bahan makanan dan barang lainnya, stok hampir habis. Kini, dengan lebih banyak makanan diperbolehkan masuk, situasi membaik meski tetap rapuh.

Jumlah Makanan Meningkat, Tapi Kebutuhan Tetap Tinggi

Sami Matar, pimpinan tim Anera di dapur komunitas al-Zuwayda, mengatakan setiap hari mereka menyediakan lebih dari 20.000 porsi makanan panas. “Dulu kami hanya menggunakan 15 panci, sekarang bisa sampai 120 panci per hari, menargetkan lebih dari 30 kamp pengungsi internal,” jelasnya. Jumlah keluarga yang mereka layani meningkat dari 900 keluarga enam bulan lalu menjadi lebih dari 4.000 keluarga sekarang.

Meskipun bantuan mulai masuk, krisis pangan Gaza tetap nyata. Anera dan mitranya, World Central Kitchen, berupaya memasok lebih banyak bahan makanan, tetapi protein esensial seperti daging dan ayam jarang tersedia untuk distribusi kemanusiaan. Menu yang disajikan terbatas: nasi, pasta, dan lentil, dengan tambahan sayuran kaleng untuk meningkatkan rasa dan gizi.

Dampak pada Keluarga dan Anak-anak

Setiap porsi makanan yang disiapkan membawa harapan bagi anak-anak yang duduk di tanah sambil menikmati spaghetti bercampur sayur dan rempah. Senyum mereka menjadi saksi bahwa dapur komunitas tetap menjadi penopang hidup. Namun, masalah gizi dan variasi makanan tetap ada. “Kami perlu makanan lebih beragam untuk menyediakan protein penting. Tanpa itu, krisis pangan Gaza tidak akan selesai,” kata Matar.

Aida Salha, ibu enam anak yang tinggal di tenda pinjaman, mengungkapkan kehidupannya: “Kami hidup dari dapur komunitas, mendapatkan makanan, air, dan roti yang hanya tersedia seminggu sekali atau bahkan lebih jarang.” Kehilangan rumah akibat perang membuat keluarga seperti Aida bergantung sepenuhnya pada bantuan.

Bagikan
Artikel Terkait
Erupsi Gunung Kilauea
Internasional

Gunung Kilauea Erupsi Lagi, yang ke-37 Kali sejak Desember 2024

finnews.id – Erupsi Gunung Kilauea kembali menarik perhatian publik global. Gunung berapi...

Negosiasi Damai Ukraina-Rusia
Internasional

Negosiasi Damai Ukraina-Rusia Memasuki Tahap Penentuan

finnews.id – Negosiasi damai Ukraina-Rusia kembali mendapat perhatian internasional setelah muncul sinyal...

Absennya Amerika Serikat di G20
Internasional

Absennya Amerika Serikat di G20 Afrika Selatan dan Pergeseran Lanskap Geopolitik Dunia

finnews.id – Absennya Amerika Serikat di G20 menjadi sorotan utama selama pertemuan...

China menolak keras kebangkitan militer Jepang. Foto: Anadolu
Internasional

China Bersumpah Tidak Akan Biarkan Militerisme Jepang Bangkit Kembali!

finnews.id – China menegaskan tidak akan membiarkan “militerisme Jepang bangkit kembali”. Beijing...