Kombinasi antara “14 Words” dan “For Agartha” menunjukkan adanya kemungkinan pelaku terpapar konten ideologis bercampur teori konspirasi dari ruang digital — forum-forum anonim, gim daring, atau media sosial berhaluan ekstrem.
“Brenton Tarrant: Welcome to Hell”
Nama Brenton Harrison Tarrant muncul dalam tulisan ketiga. Ia adalah pelaku penembakan brutal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Maret 2019 yang menewaskan 51 orang. Aksi terornya direkam secara langsung dan disebarkan ke media sosial, menjadikannya simbol bagi kelompok ekstremis sayap kanan global.
Kalimat “Welcome to Hell” dapat dimaknai sebagai bentuk glorifikasi terbalik — semacam penghormatan kepada figur ekstrem dengan cara yang sarkastik atau provokatif. Dalam konteks kasus SMA 72, penemuan tulisan itu bisa menandakan bentuk kekaguman, imitasi, atau sekadar pencarian identitas yang salah arah di kalangan remaja yang terpapar narasi ekstrem digital.
“Alexandre Bissonnette”
Kemudian Alexandre Bissonnette, adalah pelaku penembakan masjid di Kota Quebec, Kanada, pada tahun 2017 menewaskan 6 orang dan melukai 19 lainnya.
Aksi itu jadi salah satu serangan Islamofobia paling parah di Kanada, dan sejak itu, nama Bissonnette sering dijadikan simbol oleh komunitas ekstrem di internet dalam bentuk “hero worship” di forum gelap atau grup radikal.
Nama Brenton Tarrant dan Alexandre Bissonnette kemungkinan merupakan admiration atau pemujaan ideologis terhadap pelaku-pelaku teror anti-Muslim tersebut.
Penyelidikan Mendalam: Densus 88 dan Jejak Digital Pelaku
Temuan coretan spesifik pada barang bukti, menegaskan bahwa kasus ini tidak hanya sekadar insiden kekerasan biasa.
Guna mengungkap motif di balik paparan ideologi ekstremisme global tersebut, pihak kepolisian telah melibatkan Tim Densus 88 Antiteror Polri dan Tim Siber.
Penyelidikan kini berfokus pada pemetaan jejak digital pelaku—melacak forum-forum daring, gim, atau media sosial yang memungkinkan ideologi kebencian global menginfiltrasi pikiran remaja.
Pelaku, yang berstatus pelajar berusia 17 tahun dan kini dirawat karena luka serius, telah ditetapkan sebagai terduga pelaku dan menjalani pemeriksaan intensif untuk mengungkap motif utama di balik aksi kekerasan yang melukai puluhan siswa ini.