“Saya akan kembali ke konsensus 1992,” ujar Cheng.
Saat itu Presiden Taiwan dipegang Koumintang: Lee Teng-hui. Terjadi konsensus ‘One China’. Tapi rumusan rincinya memang belum ada. Pemilu berikutnya Koumintang kalah.
Ketika Koumintang kembali berkuasa, presidennya Ma Ying-jeou. Taiwan kembali dekat ke Beijing. Terjadilah peristiwa bersejarah: Presiden Taiwan bertemu Presiden Tiongkok. Tempatnya di Singapura.
Dalam pertemuan itu tidak digunakan kata Tiongkok dan kata Taiwan. Mereka menyebut dua negara sebagai ‘Liang Pian’ –dua sisi dari sebuah selat yang memisahkan daratan Tiongkok dan pulau Taiwan.
Bagaimana Ma Ying-jeou menyebut Xi Jinping? Dan sebaliknya?
Tidak ada kata ‘presiden’ yang diucapkan. Ma memanggil Xi dengan panggilan ‘Xian Sheng’. Xi memanggil Ma juga dengan panggilan ‘Xian Sheng’.
Kata ‘Xian Sheng’ tidak sama dengan ‘Mr’. Lebih mirip kata ‘Pak’ dalam bahasa Indonesia. Secara harfiah ‘Xian Sheng’ berarti ‘lahir lebih dulu’. Ada rasa menghormati dan menuakan.
Di Pemilu setelah pertemuan itu Koumintang kalah. Presiden Taiwan dari DPP, Tsai Ing-wen, wanita single, sangat keras terhadap Tiongkok.
Saya membayangkan: misalkan Cheng jadi Presiden Taiwan. Lalu bertemu Xi Jinping. Kata ”Xian Sheng” bisa diucapkan Cheng Li-wun untuk Xi. Tapi bagaimana Presiden Xi memanggi si Cheng Li-wun. (Dahlan Iskan)