finnews.id – Berawal ketika proses pengecoran lantai tiga pondok pesantren.
Saat pelaksanaan salat Asar berjamaah pada pukul 15.00 WIB, menurut BNPB, tiang pondasi diduga tidak mampu menahan beban pengecoran sehingga bangunan runtuh hingga ke lantai dasar.
Peristiwa yang terjadi mendadak ini menyebabkan puluhan santri dan pekerja tertimpa material bangunan.
Muhammad Rijalul Qoib (13), merupakan salah satu penyintas kejadian itu.
Santri asal Sampang itu menjelaskan detik-detik bangunan ambruk.
“Awalnya kan ada truk ngecor, mau ngecor yang paling atas. Enggak diisi setengah dulu, langsung full. Iya, pas langsung jatuh, gitu. Yang paling parah itu di (bagian) tengah,” ujar Rijalul, dikutip Selasa 30 September 2025.
Pelajar kelas VII MTS itu mengatakan bahwa hanya lantai pertama yang ditempati oleh para santri untuk salat Asar ketika bangunan ambruk. Ia menyebut saat itu ada ratusan santri.
“Banyak, ratusan orang mungkin yang mau salat. Saat itu saya dengar ada suara batu yang jatuh. Terus tambah lama, tambah banter (kencang) suaranya,” katanya.
Ketika peristiwa terjadi, Rijalul langsung berlari keluar. Nahas saat itu ia sempat tertimpa reruntuhan atap.
“Itu, saya mau lari (dari musala) terus atap itu kena muka saya,” ungkapnya.
Ia berhasil selamat karena melewati celah untuk keluar dari reruntuhan. Saat itu, ada orang yang turut membantunya keluar dengan menunjuk arah.
Sofa adalah penyintas lainnya. Dia mengaku sedang menjalankan ibadah salat Asar ketika bangunan roboh.
Saat itu, menurut Sofa, banyak santri sempat menyelamatkan diri. Meski demikian, dia menduga masih banyak santri yang terjebak di dalam reruntuhan.
“Ada yang tidak selamat, ada yang meninggal juga, ada yang terjepit, ini masih dalam evakuasi yang masih terjepit di dalam,” ucap Sofa kepada media.
Proses Evakuasi Berlangsung
Tim SAR saat ini kesulitan menjangkau korban dalam reruntuhan sehingga evakuasi dilakukan tanpa alat berat.
Sebab, struktur bangunan dikhawatirkan akan roboh lagi sehingga pencarian dilakukan secara manual.