Kondisi ini berdampak langsung pada terganggunya mata rantai tataniaga sapi antarpulau. Selama ini, NTT dikenal sebagai salah satu daerah pemasok utama sapi ke berbagai wilayah Indonesia. Mitra usaha di luar NTT yang sudah terbiasa menerima pasokan sapi dari daerah, mulai merasa khawatir dan kecewa karena pengiriman tidak lagi berjalan lancar.
Bagi pengusaha, keberadaan kuota rekomendasi sangat penting karena menjadi syarat utama dalam pengiriman sapi ke luar daerah. Tanpa dokumen ini, sapi tidak bisa diberangkatkan meskipun stok tersedia dalam jumlah besar. Bila kuota tambahan tidak segera ditetapkan, dikhawatirkan mitra dagang akan mencari alternatif pasokan dari daerah lain.
“Ini menyangkut kepercayaan mitra kami di luar daerah. Mereka sudah menunggu pengiriman, tapi kami tidak bisa pastikan jadwalnya. Kalau kondisi ini dibiarkan terlalu lama, reputasi NTT sebagai lumbung sapi bisa terganggu,” tambah Saka Boimau yang juga salah satu pengusaha.
Para pengusaha berharap Pemerintah Provinsi NTT segera menetapkan kuota tambahan agar pengiriman kembali normal. Mereka menilai langkah cepat sangat penting untuk menjaga kelancaran distribusi, memastikan kesinambungan tataniaga antarpulau serta mempertahankan kepercayaan mitra dagang di luar NTT yang selama ini menjadikan Provinsi NTT sebagai salah satu sumber utama pasokan sapi.