Ide baru yang lagi ia bicarakan dengan travel umrah adalah ini: calon jamaah cukup membayar Rp 12 juta ke WGS. Bulan ketujuh mereka diberangkatkan ke Makkah-Madinah. WGS yang akan membayar lunas ke perusahaan umrah.
Uang itu, kata Hendra, dibelikan mesin pomigor. Tiap bulan laba satu pomigor Rp 4 juta. Dalam tujuh bulan terkumpul laba Rp 28 juta. Masih ada Sisa laba. Diputar oleh WGS untuk berbagai usaha sosial.
“Rombongan pertama umrah yang berangkat dengan skema ini di bulan Maret tahun depan,” kata Hendra. Mereka adalah orang-orang Kalbar yang percaya dengan skema itu. Bulan ini mereka melunasi Rp 12 juta/orang.
Pomigor adalah mesin yang bentuknya mirip pompa bensin di SPBU. Lebih kecil. Satu mesin berisi 110 liter. Disediakan kantong plastik. Boleh juga bawa botol sendiri. Mesin pomigor sudah disetel hanya bisa melayani satu pembelian satu liter. Kalau mau beli lima liter harus bawa jeriken sendiri. Atau diberi lima kantong plastik.
Mesin pomigor juga sudah disetel harganya. Kalau operator membuat harga lebih tinggi mesinnya otomatis tidak bisa bekerja. Di Kubu Raya saja WGS sudah punya 16 pomigor. “Di seluruh Indonesia sudah ribuan,” kata Hendra.
Saya menyesal tidak mampir ke pomigornya yang di Kubu Raya. Sudah keburu ke bandara. Lain kali saya akan melihatnya. Agar tahu apakah yang ia ceritakan benarkah adanya.
Sebenarnya Hendra tidak tahu siapa ayah ibunya. Sejak kecil ia diasuh kakeknya yang hidup sendiri –istrinya meninggal dunia. Umur enam tahun sang kakek meninggal. Hendra kecil jalan ke pelabuhan Pontianak. Ia naik kapal kayu. Ikut berlayar ke Sunda Kelapa, Jakarta.
Di Jakarta Hendra dipungut orang Depok. Tokoh Muhammadiyah setempat. Disekolahkan. Sampai dapat kesempatan pertukaran pelajar ke dua negara.
Baru belakangan, ketika Hendra mengajak anak-anaknya ke Taman Mini Indonesia Indah, ketemu seseorang di anjungan Kalbar. Saling kenalan. Ketika tahu Hendra lahir di Kalbar terjadilah dialog panjang. Ternyata orang itu paman Hendra sendiri.
Hendra pun memutuskan mencari ayahnya di Pontianak. Di Jalan Merak I Dalam. Ayah ibunya sudah tua tapi masih sehat. Hendra memutuskan pindah ke Pontianak. Anak Hendra kini sudah 16 orang. Yang tertua bekerja di Yamaha di Jepang.