Menurut Farel, uang itu dipakai orang tuanya untuk investasi masa depan yang bagus: beli kuda dan tanah. Semoga kudanya masih hidup, sering menang balapan, dan bisa dibandingkan dengan kuda-kudanya siapa saja. Pun tanahnya, semoga bukan tanah sengketa. Lokasinya pun istimewa, yang memungkinkan kenaikan harganya luar biasa.
Saya pun terseret menonton YouTube-nya Denny Sumargo. Tulisan tersebut ternyata bersumber dari video Denny itu.
Ternyata lebih dramatis dari itu. Farel mengaku sejak kecil sering jadi korban kekerasan ibunya. Ternyata itu ibu tirinya. Ia sendiri belum pernah tahu siapa ibu kandungnya. Wajah Farel dibilang sangat mirip dengan ibu kandungnya –dan itu jadi alasan pelampiasan sang tiri.
Berita baiknya: Farel kini di Jakarta. Sekolah di ibu kota –masih ibu kota? Mestinya sudah akan masuk SMA. Manajernyalah yang membiayai sekolahnya di Jakarta.
Selalu ada orang baik di dunia ini.
Farel ingin memulai kembali kariernya sebagai penyanyi. Dari nol –secara keuangan.
Peringatan 17 Agustus di istana besok memang bisa menjadi kenangan menyakitkan bagi Farel, tapi juga bisa jadi momentum untuk kebangkitannya.
Kalau dianggap Farel pernah jatuh, sekarang sudah siap memanjat pohon lagi. Ia beruntung jatuh di saat masih muda –bahkan remaja. Masih gampang pulihnya. Apalagi, kalau sang manajer juga bisa jadi dokter untuk motivasi hatinya yang pernah luka.
Pesta rakyat di istana pernah melahirkan banyak cerita. Farel bisa pula jadi simbol untuk memulai kebangkitan ekonomi kita.