finnews.id – Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia saat COP30 berlangsung di kota Belém, Brasil. Karena Presiden AS itu tidak hadir, para pemimpin masih membahas pandangannya yang kontroversial.
Kritikan tajam muncul dari Brasil, Chile, dan Kolombia. Mereka menilai bahwa sikap Donald Trump terhadap perubahan iklim berpotensi membahayakan generasi mendatang.
Sebelumnya, Presiden AS itu menyebut perubahan iklim sebagai “penipuan terbesar yang pernah dilakukan di dunia”. Oleh karena itu, banyak pemimpin menganggap pernyataannya merusak konsensus global.
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, menekankan bahwa negara harus melawan kekuatan ekstremis yang menyebarkan informasi palsu. Sementara itu, Menteri Lingkungan Chile, Maisa Rojas, menegaskan pentingnya mempercayai ilmu pengetahuan dan menolak pemalsuan fakta.
Meskipun Donald Trump tidak hadir, kehadiran pemikirannya tetap memengaruhi jalannya negosiasi. Selain itu, ketidakhadiran pria 79 tahun itu dianggap sebagai simbol kurangnya komitmen terhadap perlindungan lingkungan global.
Kritikan Dari Berbagai Negara
Pemimpin Kolombia dan Chile secara langsung menyebut Presiden AS itu pembohong karena menolak fakta ilmiah. Hal ini menunjukkan frustrasi global terhadap langkah-langkah yang melemahkan upaya kolektif menangani pemanasan global.
Selain itu, absennya pria 79 tahun itu memicu kekhawatiran bahwa beberapa negara besar lainnya mungkin tidak serius menjalankan tindakan nyata. Oleh sebab itu, beberapa negara mencoba mendorong langkah konkret untuk menjaga momentum.
Salah satunya adalah penggalangan dana untuk perlindungan hutan tropis melalui Tropical Forests Forever Facility. Brasil berharap mengumpulkan 25 miliar dolar AS dari negara maju agar pemerintah dan komunitas lokal dapat menjaga hutan Amazon dan Kongo.
Namun, keputusan Inggris untuk tidak ikut serta dalam dana sebesar 125 miliar dolar AS menciptakan tantangan baru. Akibatnya, pemerintah Brasil merasa frustrasi karena perlindungan hutan tropis harus tetap menjadi prioritas global.