Catatan Dahlan Iskan

Tanpa Korlap

Bagikan
Tanpa Korlap
Bagikan

Oleh: Dahlan Iskan

Demo di masa lalu bisa dilihat: organisasi apa yang menggerakkan. Siapa pemimpinnya. Siapa pula koordinator lapangan –korlapnya.

Coba lihat yang sekarang: lembaga apa yang ada di balik pembakaran berbagai DPRD dan kantor-kantor polisi. Siapa pemimpin mereka. Tidak ada!

Ada yang tahu tapi harus dibuat seolah tidak ada yang tahu. Inilah demo besar tanpa tahu lembaga apa yang menggerakkan dan siapa pemimpin sentralnya.

Bukan mahasiswa.

Bukan buruh.

Bukan LSM.

Komandan demo ini tunggal: medsos.

Undangan-undangan demo beredar lewat medsos. Lewat seruan. Tanpa menyebut siapa yang mengeluarkan seruan itu. Ditelan begitu saja.

Yang membaca seruan tidak mengecek dari siapa seruan itu. Yang membacanya mungkin langsung merasa cocok saja –tergerak ikut demo. Mereka berkumpul di titik yang sudah ditentukan. Dari situ mereka bergerak ke sasaran.

Saya minta ke seseorang untuk mengirim contoh seruan yang beredar di medsos. Ia pun kirim. Betul. Tanpa identitas apa pun. Judulnya besar, warna hurufnya merah: SERUAN AKSI. Judul lebih kecil di bawahnya ditulis dengan huruf putih: Lawan Pengkhianat Rakyat!

Isi seruan: mengajak seluruh elemen, mahasiswa, buruh, miskin kota, tani, rakyat tertindas, dan seluruh elemen sipil lainnya untuk tumpah ruah ke jalan pada: xxxx (disebut hari, tanggal dan jam). Titik kumpul: xxxxx (disebut nama tempatnya).

“Mari rapatkan barisan. Mari kita kepung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah xxxx,” begitu bunyi seruan.

Di bagian paling bawah ditulis nama-nama tagar yang masuk aliansi: #TolakRKUHAP#IndonesiaSoldout#DaruratPendidikan#PejabatberjogetRakyatmenjerit#TolakUUTNI#ReformasiPolri#LawanPengkhianatRakyat#LawanPembunuhRakyat.

Kebetulan contoh seruan yang dikirim ke saya itu untuk demo tanggal 1 September hari ini. Di satu ibu kota provinsi di luar Jawa.

Ketika menerima seruan seperti itu hati mereka tergerak. Mereka merasa senasib dengan dengan isi seruan.

Di zaman ini, kini, siapa saja bisa bikin seruan seperti itu. Si pembuat tahu: kejengkelan umum sudah seperti hamil tua. Maka komentar beberapa anggota DPR di seputar tunjangan kos anggota DPR jadi umpan yang lezat. Rumah Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio, Nafa Urbach pun diserbu. Dirusak. Dijarah. Pun rumah Menkeu Sri Mulyani. Para pendemo juga ke rumah Ketua DPR Puan Maharani tapi gagal masuk pekarangan.

Bagikan
Artikel Terkait
Setahun Berharap
Catatan Dahlan Iskan

Setahun Berharap

Oleh: Dahlan Iskan Berapa kalikah Presiden Prabowo Subianto ke luar negeri selama...

Cheng Li-wun
Catatan Dahlan Iskan

Cheng Li-wun

Oleh: Dahlan Iskan Dua wanita terpilih sebagai pemimpin di dua negara Asia....

Utang Whoosh
Catatan Dahlan Iskan

Utang Whoosh

Oleh: Dahlan Iskan Bayar utang Whoosh berat? Itu, antara lain, karena ekonomi...

Catatan Dahlan Iskan

Siapa Mikir

Oleh: Dahlan Iskan Sudah seminggu saya amati: banyak tuduhan proyek kereta cepat...