finnews.id – Siapa sangka, penantian panjang Paris Saint-Germain akhirnya berakhir dengan gemuruh? Di malam 31 Mei 2025, bukan hanya trofi yang mereka rebut, tapi juga sejarah yang mereka ciptakan. PSG vs Inter Milan di Allianz Arena bukan sekadar laga final, tapi babak baru dalam peta kekuatan sepak bola Eropa.
PSG vs Inter Milan: Final Sepihak Penuh Dominasi
Paris Saint-Germain tampil buas. Sejak peluit awal, skuad Luis Enrique langsung mengguncang pertahanan Inter Milan. Baru 12 menit berjalan, Achraf Hakimi membuka skor usai menyambut umpan manis dari Désiré Doué. Tak perlu waktu lama, delapan menit berselang, Doué menggandakan keunggulan.
Inter mencoba bangkit, namun lini tengah PSG terlalu disiplin. Vitinha dan Warren Zaïre-Emery memutus alur serangan lawan tanpa ampun. Bukannya memperkecil skor, Inter malah kian tenggelam di babak kedua. Doué mencetak gol keduanya di menit 63, disusul Khvicha Kvaratskhelia (73’) dan ditutup oleh gol Senny Mayulu (86’). Skor akhir 5-0 menjadi kemenangan terbesar dalam sejarah final Liga Champions modern, seperti dilansir dari Reuters dan laman UEFA.
Désiré Doué: Dari Wonderkid ke Panggung Eropa
Nama Désiré Doué kini menjadi buah bibir. Gelandang 19 tahun ini bukan hanya mencetak dua gol dan satu assist, tapi juga tampil penuh percaya diri di laga sebesar ini. Wajar jika media Eropa menyebutnya sebagai “The Next Neymar.” Menurut Reuters, performa Doué sepanjang musim memang mengesankan, tapi malam di München adalah puncaknya.
Statistik yang Tak Bisa Dibantah
Data pertandingan menegaskan betapa dominannya PSG:
-
Penguasaan bola: PSG 59% vs Inter 41%
-
Tembakan: PSG 23 (8 tepat sasaran) vs Inter 8 (2 tepat sasaran)
-
Akurasi umpan: PSG 91%, Inter 84%
Luis Enrique pun menegaskan di konferensi pers, “Kami bermain sebagai tim, bukan sekadar mengandalkan satu-dua bintang. Inilah sepak bola kolektif modern.”
Trofi Bersejarah dan Makna Lebih Besar untuk PSG
Kemenangan ini bukan hanya soal gelar pertama Liga Champions. Sejak diakuisisi Qatar Sports Investments pada 2011, PSG menjalani perjalanan panjang penuh kritik dan kegagalan. Tapi malam itu, semua berubah. Les Parisiens akhirnya sah disebut sebagai juara sejati Eropa.
Bagi Luis Enrique, ini adalah treble kedua sepanjang kariernya—yang pertama bersama Barcelona pada 2015. Kini, ia menjadi pelatih pertama yang meraih treble dengan dua klub berbeda.
Kemenangan PSG juga membuka harapan baru untuk sepak bola Prancis. Koefisien UEFA Ligue 1 bisa naik, yang berarti lebih banyak slot Liga Champions musim depan.