Finnews,id – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, memastikan kehadirannya dalam pertemuan penting bersama para kiai sepuh dan Mustasyar NU di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Kamis 25 Desember 2025. Pertemuan ini menjadi perhatian besar mengingat kondisi internal PBNU yang sedang berada dalam pusaran dinamika organisasi yang cukup kencang.
Gus Yahya mengonfirmasi kehadirannya setelah menerima surat undangan resmi bernomor 064/A/AZM/P2L/XII/2025. Surat tersebut ditandatangani langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH M. Anwar Manshur, yang meminta kehadiran jajaran Pengurus Tanfidziyah PBNU untuk berdialog secara langsung.
“Insya Allah saya hadir untuk memenuhi panggilan para kiai sepuh dan mustasyar. Kehadiran ini merupakan bentuk ta’dzim kami kepada sesepuh sekaligus komitmen untuk mencari solusi terbaik bagi jamiyah,” ujar Gus Yahya dalam keterangannya.
Puncak dari Rangkaian Pertemuan Para Masayikh
Pertemuan di Lirboyo ini bukanlah agenda tunggal yang berdiri sendiri. Forum ini merupakan kelanjutan dari maraton pertemuan para kiai sepuh sebelumnya.
Rentetan pertemuan dimulai dari Ponpes Al-Falah Ploso pada akhir November, disusul ke Ponpes Tebuireng pada awal Desember, hingga puncaknya pada Musyawarah Kubro di Lirboyo tanggal 21 Desember lalu.
Banyak pihak menilai rentetan pertemuan ini sebagai respons para sesepuh terhadap kepemimpinan dan kebijakan PBNU saat ini. Meski undangan resminya bertajuk “Silaturahim”, pertemuan ini diprediksi kuat menjadi ajang tabayun atau klarifikasi atas berbagai isu krusial yang tengah mengguncang soliditas organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
Komitmen Dialog di Tengah “Kisruh”
Gus Yahya menegaskan bahwa kehadirannya di Lirboyo pukul 10.00 WIB hari ini adalah bukti konsistensi organisasinya dalam mengedepankan jalur musyawarah. Ia berharap forum ini dapat menjernihkan suasana yang sempat memanas dalam beberapa waktu terakhir.
“Sejak awal kami selalu membuka pintu dialog. Semoga pertemuan ini membawa berkah dan menjadi momentum untuk merumuskan jalan keluar yang bermartabat demi keutuhan Nahdlatul Ulama,” tambahnya.