Ancaman Kembali Memburuk
IPC memperkirakan sekitar 1,6 juta orang di Gaza akan menghadapi tingkat krisis pangan dalam empat bulan ke depan. Lembaga itu juga memperingatkan bahwa jika gencatan senjata gagal dan aliran bantuan kembali terhenti, kondisi Gaza berpotensi memburuk dan kembali mendekati tingkat kelaparan terparah.
Situasi kemanusiaan semakin rumit dengan ancaman penyakit akibat sanitasi yang buruk di permukiman tenda yang padat. Hujan deras dan banjir musiman meningkatkan risiko penyebaran penyakit, terutama di kalangan anak-anak dan lansia.
Perbedaan Pandangan soal Kondisi Gaza
Israel membantah tudingan bahwa Gaza mengalami kelaparan dan menolak klaim pembatasan bantuan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Oren Marmorstein, menyatakan bahwa laporan IPC membuktikan tidak ada kelaparan di Gaza. Sementara itu, Cogat, badan Israel yang mengoordinasikan urusan kemanusiaan di Gaza, menyebut laporan tersebut bias dan tidak mencerminkan situasi sebenarnya.
Sebaliknya, organisasi kemanusiaan internasional tetap menyatakan keprihatinan mendalam. Oxfam menilai tingkat kelaparan di Gaza masih “memprihatinkan” dan menuduh otoritas Israel menghambat masuknya bantuan. Oxfam menyebut bantuan senilai jutaan dolar, termasuk ribuan paket makanan, masih tertahan di luar wilayah Gaza.
Kondisi Warga Sipil
Ratusan ribu warga Gaza masih bertahan di tenda-tenda rusak di tengah hujan dan suhu dingin. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan seorang bayi berusia 29 hari meninggal akibat hipotermia, mencerminkan rapuhnya kondisi kesehatan warga sipil.
Tenaga medis di Gaza menyebut banyak korban, terutama anak-anak, kehilangan akses terhadap kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. PBB menegaskan bahwa meski status terburuk telah dicabut, krisis pangan dan kemanusiaan di Gaza masih jauh dari selesai.
