Catatan Dahlan Iskan

Tambang Triliun

Bagikan
Bagikan

Akhirnya perusahaan tersebut secara resmi mengajukan proposal bisnis ke PBNU. Saya tidak bisa menduga mengapa Gus Yahya meminta Bahrawi untuk mempelajari proposal bisnis tersebut. Padahal Gus Yahya pasti tahu bahwa keahlian utama Bahrawi adalah di bidang anti terorisme, anti radikalisme dan di gerakan pro-moderasi. Ia memang NU bahkan sejak sebelum lahir –ayahnya adalah santri ulama terkemuka di Bangkalan, Syaikhona Cholil, yang juga gurunya pendiri NU KH Hasyim Asy’ari– tapi bukan pengurus NU di tingkat apa pun.

Setelah mempelajari proposal tersebut Bahrawi berkesimpulan: proposal itu sangat merugikan NU. Bahkan proposal tersebut ia sebut sebagai proposal yang zalim terhadap NU.

Misalnya, kata Bahrawi, semua biaya penambangan menjadi tanggung jawab NU. Setelah itu hasilnya 30 persen untuk NU, 70 persen untuk pengelola.

Melihat buruknya proposal bisnis tersebut Bahrawi sampai menyarankan agar Gus Yahya menghadap Presiden Prabowo. Gus Yahya pun akhirnya menemui Prabowo tapi Bahrawi tidak tahu hasil pembicaraan itu.

Apakah Gus Yahya akhirnya sependapat dengan Bahrawi? Bahwa proposal itu sangat merugikan NU? Apakah Gus Yahya lantas membuat putusan untuk tidak mau bekerja sama dengan perusahaan tersebut –meski PBNU sudah pernah menerima “uang muka”? Apakah berarti Gus Yahya berani menolak titipan lama Jokowi untuk menyerahkan pengelolaan tambang NU ke perusahaan tersebut?

Saya penasaran.

Meski sangat samar Bahrawi menilai urusan tambang ini sangat erat dengan politik Pilpres tahun 2029 kelak. Dengan punya tambang NU ia nilai akan punya kekuatan dahsyat menjelang Pilpres akan datang. Punya massa besar dan punya uang yang banyak –awalnya dimaksud untuk kepentingan politik Jokowi.

Bahrawi merujuk pada isi proposal bisnis tersebut. Di tahun-tahun awal, bagian NU memang 30 persen, tapi mendekati pemilu NU dapat bagian 70 persen. Dengan demikian tepat menjelang Pemilu uang NU sangat banyak dari bagian yang 70 persen.

Saya tentu tidak bisa menilai proposal tersebut sebenarnya seperti apa. Baik atau buruk bagi NU. Atau sebenarnya proposal yang wajar saja secara bisnis. Saya tidak pernah membacanya. Bahrawi yang masih menyimpannya.

Bagikan
Artikel Terkait
Puisi Ayah
Catatan Dahlan Iskan

Puisi Ayah

Papa mungkin tidak selalu bisa memberi apa yang kau inginkan, tapi papa...

Catatan Dahlan Iskan

Anwar Ali

Tiba di kecamatan Wosu, suami Mega menunjuk satu rumah bagus di pinggir...

Catatan Dahlan Iskan

Sawit Atas

Sesaat kemudian kami pun sudah masuk mobil Arif: Wuling. Saya akan ikut...

Catatan Dahlan Iskan

Gula Semut  

Semua itu untuk menjaga kemurnian organiknya. Termasuk Tuti punya data amat detail:...