finnews.id – Real Madrid kini menghadapi situasi yang cukup pelik dengan keberadaan Xabi Alonso sebagai pelatih kepala. Meski Alonso datang dengan ide-ide segar dan pendekatan modern, peluangnya untuk bertahan lama di Bernabeu diprediksi sangat tipis.
Kekalahan 2-0 dari Celta Vigo di La Liga pada akhir pekan lalu memicu kekhawatiran besar di kalangan penggemar dan jajaran manajemen klub.
Tekanan Fans dan Keputusan Klub
Kekalahan itu membuat fans kehilangan kesabaran dan bahkan menyoraki tim saat meninggalkan lapangan. Situasi ini memaksa jajaran manajemen mengadakan pertemuan darurat untuk membahas masa depan Alonso. Real Madrid kini tertinggal empat poin dari Barcelona dan hanya meraih satu kemenangan dari lima laga terakhir La Liga. Tren negatif ini menunjukkan bahwa kemungkinan Alonso bertahan semakin kecil.
Presiden klub, Florentino Perez, dikenal tidak sepenuhnya mendukung perubahan gaya bermain yang dibawa Alonso. Walau ia pernah diyakinkan untuk menunjuk Rafa Benitez, Julien Lopetegui, dan kini Xabi Alonso, begitu sebuah langkah gagal atau pemain tampak meragukan filosofi pelatih, Perez cenderung menolak. Sejarah klub menunjukkan kesuksesan lebih sering datang saat ditangani pelatih yang tidak terlalu intervensif seperti Carlo Ancelotti atau Zinedine Zidane.
Kesulitan Dalam Menerapkan Filosofi
Alonso saat tiba di Madrid berambisi mengembalikan gaya “rock and roll” yang berarti tim dengan identitas jelas, agresif dalam pressing, dan menyerang dengan intensitas tinggi. Namun, kenyataannya, banyak ide yang telah disiapkan selama latihan tidak berhasil diterapkan di lapangan. Hal ini tercermin dari komentar Alonso usai kalah dari Celta, di mana ia mengakui bahwa tempo tinggi dan pressing yang direncanakan tidak dijalankan pemain.
Masalah terbesar adalah kesulitan menyatukan semua pemain dengan satu visi. Ancelotti sebelumnya telah memperingatkan bahwa Madrid memiliki ruang ganti yang rumit, bukan karena pemain buruk, tetapi karena banyak kepentingan yang berbeda. Mbappe fokus pada rekor pribadi, Vinicius khawatir kehilangan pengaruh, dan Federico Valverde belum sepenuhnya siap mengambil peran kepemimpinan.