finnews.id – Masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) diminta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana alam, menyusul peringatan dini potensi bencana hidrometeorologi yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Peringatan tersebut dikeluarkan BMKG setelah terjadinya dinamika atmosfer yang meningkatkan peluang hujan lebat, banjir, dan tanah longsor di banyak wilayah di Sumbar.
“Saya imbau seluruh masyarakat meningkatkan kewaspadaan, menyusul peringatan dini potensi bencana hidrometeorologi yang dikeluarkan BMKG untuk periode 21–27 November 2025,” jelas Gubernur Sumbar, Mahyeldi, Minggu, 23 November 2025, dikutip Antara.
Menyikapi peringatan BMKG tersebut, Mahyeldi menegaskan, bahwa keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama perhatian.
“Kami mengingatkan seluruh masyarakat di Sumbar untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan tanah longsor. Keselamatan adalah yang utama. Mari kita saling menjaga, saling mengingatkan dalam menghadapi cuaca ekstrem ini,” ujar Mahyeldi.
Ia juga menginstruksikan seluruh unsur pemerintah daerah hingga tingkat nagari (desa) bersiaga dan mengimbau masyarakat untuk saling menjaga dan membantu satu sama lain dalam penanganan bencana alam.
BMKG Tetapkan 14 Kabupaten dan Kota di Sumbar Berstatus Siaga
BMKG menetapkan 14 kabupaten dan kota di Sumbar berstatus siaga, yakni Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Lima Puluh Kota, serta wilayah sekitar yang memiliki tingkat kerawanan tinggi.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Desindra Deddy Kurniawan mengatakan penguatan signifikan angin Monsun Asia turut memicu dominasi angin baratan di wilayah Indonesia, termasuk di daerah dengan sebutan Ranah Minang itu.
Ia menjelaskan aliran massa udara lembap dari Samudera Hindia yang bertemu dengan topografi Bukit Barisan berpotensi menimbulkan proses pengangkatan udara (orographic lifting) yang intens sehingga meningkatkan peluang pembentukan awan hujan.