Finnews.id – Warga dan pengamat alam di Missouri, Amerika Serikat, baru-baru ini dikejutkan oleh penampakan aurora yang belum pernah terlihat sebelumnya. Penampakan warna-warni di langit disebut aurora.
Pengguna Xplore Nature di X menulis, “Aurora pink yang sangat intens sesaat setelah matahari terbenam. Salah satu warna aurora paling menakjubkan yang pernah saya lihat!”
Sementara itu, akun Concerned Citizen menyebut, “Amerika Utara belum pernah menyaksikan aurora seperti yang mereka lihat tadi malam. Sesuatu telah berubah.”
Fenomena ini bukan sekadar keindahan visual, tetapi merupakan hasil dari aktivitas Matahari yang sangat tinggi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, badai geomagnetik kuat terjadi secara global pada 12–14 November 2025, dipicu oleh suar Matahari kelas X5.1, salah satu kategori terkuat dalam skala pengamatan cuaca antariksa.
Sementara itu, lontaran plasma dan medan magnet berkecepatan tinggi (Coronal Mass Ejection atau CME) mengarah ke Bumi, memicu badai geomagnetik yang mencapai level G4, kategori berat menurut NOAA Space Weather Prediction Center (SWPC).
Pengamatan aurora di Missouri terjadi karena posisi geografis Amerika yang cukup tinggi dan dekat dengan kutub magnetik utara, sehingga partikel berenergi tinggi dari Matahari menabrak atmosfer dan memancarkan cahaya spektakuler. Warna pink yang intens tercipta akibat interaksi partikel dengan atom oksigen di atmosfer atas.
Di Indonesia, BMKG memastikan dampak badai geomagnetik ini sangat minim. Ketua Tim Kerja Geofisika Potensial BMKG, Syirojudin, menjelaskan bahwa Indonesia berada di sekitar garis khatulistiwa, di mana Equatorial Electrojet berfungsi sebagai perisai alami terhadap partikel berenergi tinggi.
Meski demikian, potensi gangguan minor hingga moderat mungkin terjadi pada sistem komunikasi satelit, navigasi GPS, serta komunikasi radio frekuensi tinggi (HF). BMKG merekomendasikan pemantauan intensif aktivitas magnet bumi secara real-time dan protokol cadangan bagi sektor transportasi udara dan laut.