Dunia sedang Berduka
Ketika Caroline mengambil foto dan menikmati udara segar, ribuan kilometer jauhnya, Turki dan Suriah sedang porak-poranda akibat gempa bumi besar.
Rumah-rumah runtuh. Keluarga terpisah. Orang-orang mencoba mengangkat batu satu per satu, berharap menemukan anggota keluarga yang masih selamat.
Caroline mengupas perasaan itu lewat kalimat yang menyakitkan,
“Saat aku menikmati salah satu hari terbaikku, seseorang di luar sana sedang menjalani hari terburuk dalam hidupnya.”
Ia tidak mampu menikmati keindahan Patagonia tanpa teringat bahwa dunia sedang menangis. Dalam tulisannya ia menggambarkan rasa terbelah itu dengan kalimat,
“Ketika aku duduk di tepi danau sambil mengambil foto, seseorang sedang menggali puing untuk mencari anaknya.”
Kontras itu menghantamnya. Ia merasa seolah dunia mempertemukan dua peristiwa yang terlalu jauh untuk disatukan dalam satu kepala.
Perasaan Bersalah yang Menyelinap
Caroline tidak tahu bagaimana harus memaknai perbedaan nasib itu. Ia merasa bersyukur karena hidup memberinya kesempatan untuk berada di Patagonia, tetapi pada saat yang sama ia merasa bersalah karena ada orang lain yang kehilangan segalanya.
Ia berkata,
“Ada kalanya aku tidak sanggup memahami mengapa hidup memberikan jalan seperti ini untukku.”
Ia terdiam lama. Angin Patagonia menampar wajahnya. Bukit granit di depannya berdiri tanpa peduli apa pun yang terjadi di dunia. Alam tetap indah, sementara manusia merasakan sakit.
Ia mencoba menerima bahwa rasa syukur dan kesedihan ternyata bisa muncul sekaligus dalam satu hati.
Kesadaran Baru
Ia Tidak Mau Jadi Influencer yang Buta Realitas
Sejak awal membuat blog perjalanan, Caroline berjanji pada dirinya sendiri. Ia tidak ingin menjadi influencer yang hanya memikirkan diri sendiri. Ia tidak mau membangun hidup dalam gelembung estetika belaka.
Ia mengungkapkan,
“Aku tidak ingin menjadi influencer yang hidup dalam dunianya sendiri, tidak peduli dengan kenyataan dan penderitaan orang lain.”
Dalam benaknya, perjalanan bukan soal mencari foto indah. Perjalanan Caroline Rose ini adalah proses menyadari bahwa dunia luas, keras, dan tidak selalu adil. Ia ingin tetap peka terhadap apa yang terjadi pada orang lain.
Ia bahkan mengingatkan bahwa ia tidak merasa sebagai pahlawan. Ia menulis,
“Aku tidak ingin terlihat seolah aku punya misi menyelamatkan apa pun. Aku hanya ingin tetap manusia.”