Mengelola Emosi dan Stres
Stres di tempat kerja toxic tidak selalu bisa dihindari, namun cara mengelolanya menentukan apakah seseorang akan mengalami burnout.
Psikolog menyarankan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, journaling, atau mindfulness.
Teknik ini membantu menenangkan pikiran sehingga karyawan dapat melihat masalah secara objektif dan mengambil keputusan yang tepat.
Selain itu, membatasi interaksi dengan rekan kerja yang selalu negatif bisa menjadi langkah praktis agar tidak burnout.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional
Kadang, usaha mandiri tidak cukup untuk mengatasi tekanan lingkungan kerja toxic.
Psikolog profesional bisa memberikan pendekatan yang lebih spesifik melalui konseling atau terapi kognitif perilaku.
Tanda-tanda yang perlu diwaspadai termasuk rasa putus asa yang terus-menerus, kehilangan minat pada pekerjaan, atau kesulitan tidur.
Mendapatkan bantuan tepat waktu terbukti efektif agar tidak burnout dan memulihkan kesejahteraan mental.
Kesimpulan
Terjebak di lingkungan kerja toxic memang menantang, namun dengan strategi yang tepat, risiko burnout dapat dikurangi.
Mengenali tanda-tanda stres, membangun dukungan sosial, mengelola emosi, dan berani menetapkan batasan menjadi langkah-langkah penting.
Psikolog menegaskan bahwa agar tidak burnout, setiap individu harus aktif menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan mental.
Langkah-langkah kecil seperti mengatur waktu, menjaga rutinitas perawatan diri, dan mencari bantuan profesional dapat membuat perbedaan besar.
Dengan kesadaran dan tindakan yang konsisten, menghadapi lingkungan kerja toxic bisa lebih tertata dan kesehatan mental tetap terjaga.
Referensi:
-
American Psychological Association. Workplace Stress.
-
Mayo Clinic. Job Burnout: How to Spot It and Take Action.
-
Psychology Today. Toxic Workplaces.