finnews.id – Linimasa media sosial belakangan dipenuhi perdebatan soal dugaan bahwa sebagian air minum dalam kemasan (AMDK) berasal dari sumur bor, bukan dari mata air pegunungan.
Publik pun bertanya-tanya: apakah air dari sumur bor aman diminum dan bagaimana dampaknya bagi kesehatan?
Keraguan muncul karena air sumur bor sering dikaitkan dengan risiko pencemaran mikrobiologis. Namun, para pakar menegaskan bahwa istilah “sumur bor” tidak otomatis berarti air tersebut berbahaya, melainkan harus dilihat dari kualitas akuifer, kedalaman sumber, dan proses pengolahannya di pabrik.
Pakar hidrogeologi menjelaskan, air yang diambil melalui sumur bor dari lapisan akuifer dalam umumnya lebih murni ketimbang air tanah dangkal yang mudah tercemar aktivitas permukaan.
Industri AMDK besar disebut tidak mengambil air sembarangan, tetapi dari kedalaman yang sudah teruji secara geologi dan dilengkapi proses pengolahan yang sangat ketat.
Dampak Kesehatan
Dokter spesialis mikrobiologi klinis, Dr. dr. Wulan Sari, Sp.MK., menegaskan bahwa bahaya kesehatan bukan pada metode pengambilan air, melainkan pada ada tidaknya bakteri patogen.
“Air sumur bor dangkal rawan terkontaminasi E. coli dan Coliform yang bisa memicu diare, disentri, hingga kolera. Namun pada AMDK, kontaminasi dicegah melalui proses uji, filtrasi, dan sterilisasi,” jelasnya.
Standar Kementerian Kesehatan dan BPOM menetapkan bahwa air minum kemasan wajib nol bakteri E. coli dan Coliform dalam 100 ml sampel.
Menurut Dr. Wulan, keamanan AMDK dipastikan melalui dua tahap penting:
- Sumber air baku terlindungi — berasal dari akuifer dalam yang tidak terhubung dengan permukaan
- Sterilisasi berlapis — melalui filtrasi, ozonisasi, atau sinar UV sehingga bebas mikroba patogen
Konsumen disarankan memeriksa label BPOM dan izin edar pada kemasan sebagai bukti lulus uji laboratorium.