Narasumber lain dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Aris Purwanto menyampaikan teknologi plasma finebubble untuk penanganan dan pengolahan kopi. Teknologi llasma finebubble pada produksi kopi berkelanjutan digunakan untuk sistem pengolahan air, sistem pengolahan air limbah, nitrogen finebubble fermentation dan CO2 finebubble maceration. ”Teknologi ini bisa kita buat sendiri, tidak perlu peralatan yang canggih. Teknologi ini sangat cocok untuk UMKM,” tegasnya.
Narasumber dari Industri Ardor Kopi dan Instruktur serta Asesor LSP, Fathul Qorib menerangkan perkembangan peralatan kopi di industri. Saat ini Fathul sedang mengembangkan pola bertani modern, alat pasca panen modern untuk meningkatkan produktivitas atau volume hasil panen kopi. “Perkembangan alat di industri kopi sangat pesat yang didorong inovasi teknologi dalam aspek otomatisasi, aspek presisi, efisiensi waktu dan energi serta konektivitas,” terangnya.
“Kualitas potensi kopi berada di hulu yang berkontribusi sebesar 40%. Pada proses pascapanen berkontribusi sebesar 30%. Sementara itu, kontribusi roaster sebesar 20 %, peran roaster sangat penting sebagai penentu cita rasa kopi dan kontribusi barista sebesar 10%. Ketika kopi diproses dengan baik, terkontrol dan terukur dengan adanya teknologi dapat meningkatkan kualitas dan cita rasa kopi,” tambahnya.
Menurutnya, petani sebagai pembudidaya kopi bertanggung jawab terhadap kopi yang berkualitas dan buah yang memiliki hasil akhir baik.
Senada dengan Aris, Adnan juga berujar saat ini banyak sekali metode yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kompleksitas atau memperkaya potensi kopi, salah satunya inovasi dari segi fermentasi. “Untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas tidak perlu alat yang canggih, tetapi ada beberapa tahapan penting yang wajib dilakukan oleh prosesor, minimal melakukan pre cleaning yang jarang sekali dilakukan para petani di Indonesia,” pungkasnya.