Pandangan Wisatawan: “Bali Masih Indah, Tapi Banyak yang Salah Fokus”
Peneliti asal Bali, I Made Vikannanda, menilai bahwa masalah kepadatan di Bali sebagian besar disebabkan oleh perilaku wisatawan itu sendiri.
Hal ini juga diungkap oleh Hollie Marie, kreator konten asal Inggris yang kini tinggal di Bali.
Menurut Hollie, banyak wisatawan datang hanya untuk mengunjungi kafe dan tempat Instagramable, tanpa memahami esensi budaya Bali yang sebenarnya.
“Mereka lupa bahwa Bali adalah pulau dengan budaya yang sangat kaya,” ujarnya, dikutip dari BBC.
Meski begitu, Hollie menegaskan bahwa Bali tidak kehilangan pesonanya. Pulau ini masih menawarkan pengalaman alami yang luar biasa, seperti menyaksikan lumba-lumba di Lovina, menyelam di Amed, hingga menikmati matahari terbit di Gunung Batur.
Sementara itu, warga Jakarta yang kini menetap di Bali, Canny Claudya, mengatakan bahwa persepsi tentang “Bali terlalu padat” sebenarnya tergantung sudut pandang.
“Jika Anda berpikir Bali terlalu padat, mungkin Anda hanya berada di tempat yang salah,” ujarnya.
Phu Quoc Naik Daun, Bali Harus Berbenah
Naiknya Phu Quoc dan turunnya Bali dalam daftar Conde Nast Traveler menjadi pengingat penting bagi industri pariwisata Indonesia.
Meski Bali tetap menjadi ikon global, persaingan antar destinasi wisata di Asia kini semakin ketat.
Untuk mengembalikan kejayaan, Bali perlu berbenah memperkuat tata kelola lingkungan, mengendalikan pembangunan berlebih, dan menata kembali sistem transportasi wisata agar lebih berkelanjutan.
Pariwisata kini bukan hanya soal banyaknya wisatawan, tapi kualitas pengalaman dan keberlanjutan lingkungan.