Catatan Dahlan Iskan

Sahabat Baru

Bagikan
Sahabat Baru
Bagikan

Oleh: Dahlan Iskan

Tiga hari di Syria saya dapat satu sahabat baru: Belal. Nama lengkapnya: Belal bin Mohamed Adnan Bader.

Saya mengenalnya di makan malam bersama. Di malam pertama saya di Syria. Di resto eksklusif bintang lima. Lantai atasnya full music –”lagi ada tamu penting dari Saudi Arabia”.

Saya menduga tamu penting itu tak lain adalah si Butik yang dijemput konvoi lima mobil di tangga pesawat siang tadi.

Keesokan harinya saya diundang ke kantor perusahaan Belal. Kantornya sederhana. Di lantai empat gedung miliknya sendiri.

Selama kami bicara, telepon sering berdering –dan ia selalu mengangkatnya. Sesekali tamu nyelonong masuk, bicara sebentar dengannya, lalu berganti tamu lainnya.

Perusahaannya banyak. Di berbagai bidang usaha. Dagang. Jasa. Industri. Saya puji Belal: “Anda hebat sekali”.

“Ana ummi….” jawabnya merendah.

“Ana aidzon,” jawab saya.

Belal model pengusaha yang merangkak dari bawah. Ia tidak tamat universitas. Bahkan tidak tamat SMA. Begitu rendah latar belakang pendidikannya sampai ia menyebut dirinya “saya buta huruf”. Maka saya jawab “saya juga buta huruf”.

Belal punya anak tiga orang. Yang sulung baru saja tamat MBA di Jerman. Masih bujang. Sang anak diserahi memimpin perusahaannya yang di Jerman.

Belal ingin generasi anaknya lebih maju dan modern. Tidak lagi mulai bisnis dari nol seperti dirinya. Belal tipe pengusaha perintis. Karena itu, meski perusahaannya sudah besar kantornya tetap sederhana.

Sebenarnya Belal ingin terus bergerak ke hulu. Ia mulai membangun pabrik kimia dasar yang sangat besar. Saya diajak melihat pabrik itu. Sedikit di luar kota Damaskus. Ia naik sedan Mercy warna hitam. Saya membuntuti di belakangnya.

Dari luar pabrik itu kelihatan sangat besar dan canggih. Pabrik benzene. Menggunakan teknologi dari Amerika. benzene akan menjadi bahan baku ratusan jenis kimia olahan. Salah satu dari ratusan itu adalah tekstil sintetis.

Berarti Belal membangun pabrik bahan baku. Perkirakan saya pabrik ini telah menghabiskan uang Rp 5 triliun. “Tidak pakai kredit bank,” kata Belal.

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Mendadak Menteri

Oleh: Dahlan Iskan Di saat euforia tumbangnya pemerintahan Basyar Al Assad, Duta...

Setengah Dibuka
Catatan Dahlan Iskan

Setengah Dibuka

Oleh: Dahlan Iskan Indonesia tidak pernah tutup. Segawat apa pun keadaan di...

Tegangan Tinggi
Catatan Dahlan Iskan

Tegangan Tinggi

Oleh: Dahlan Iskan Saya mendekati seorang ibu dengan anak remaja putrinyi. “Bolehkah...

Perjalanan Dahlan Iskan di Suriah
Catatan Dahlan Iskan

Dua Dolar

Oleh: Dahlan Iskan Hotel mahal sekali di Damaskus. Pakai dolar. Warga asing...