Pegawai pemerintah Belanda yang mendapat tugas di Ploso mendapat rumah tinggal. Soekemi dapat rumah dinas di situ. Melahirkan Bung Karno di rumah itu. Begitu Soekemi dipindah dari Ploso rumah itu ditempati pegawai lain. Berganti-ganti. Termasuk pejabat stasiun kereta api Ploso.
Di tahun 1965 sangat terkenal kereta api dikuasai serikat buruh underbow Partai Komunis Indonesia (PKI). Rumah dinas itu pun dikonotasikan sebagai rumah PKI. Sejak itu tidak ada yang tinggal di situ. Sampai akhirnya dikuasai seorang warga desa di situ.
Binhad sendiri orang Lampung. SMA-nya di Metro Lampung. Tapi ayahnya asli Banyuwangi. Ibunya Jember. Mereka bertransmigrasi ke Lampung.
Setamat SMA Binhad kuliah di Akademi Komunikasi di Yogyakarta. Ia juga mengaji kitab kuning di pondok Krapyak yang terkenal sebagai pondok bintang sembilan di Yogyakarta. Status Binhad saat ini: menantu KH Mustain Romli, pemilik pondok bintang sembilan Rejoso, Jombang.
Ploso adalah kota kecamatan di sebelah utara kota Jombang. Dekat sungai Brantas. Kini di antara kota Jombang dan Ploso dipisahkan oleh jalan tol. Kalau mau ke kota Jombang exit tolnya di dekat Ploso.
Tidak hanya tempat lahir Bung Karno yang kontroversi. Juga tanggal lahirnya. Pun bulan kelahirannya. Bahkan tahunnya.
Dari dokumen pendaftaran masuk sebagai mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung (ITB) tanggal lahir Bung Karno tertulis 6 Juni 1902. Mahasiswa baru itu bernama R. Soekarno. Ada gelar ningrat Jawa ”Raden” di depannya. Tertulis pula lahir di Surabaya, tanpa menyebut ”Kota Surabaya”. Jombang saat itu masuk wilayah Surabaya.
Di buku induk yang berisi daftar siapa saja yang lulus ITB tahun 1926 tertulis: Ir Soekarno. Gelar R yang ningrat sudah berganti gelar akademis, Insinyur.
Selama kuliah telah terjadi perubahan sikap Bung Karno soal feodalisme. Di daftar kelulusan itu juga tertera lahirnya di Surabaya, 6 Juni 1902. Tanpa ada kata ”kota”.
Dari dua buku induk itu tertulis tahun kelahiran Bung Karno: 1902. Tempat lahir juga konsisten: Surabaya –tanpa kota. Hanya namanya berubah. Dari R Soekarno menjadi Ir Soekarno.