finnews.id – Volodymyr Zelenskyy kembali jadi sorotan setelah secara terbuka menyampaikan kekecewaannya atas rencana Amerika Serikat memangkas bantuan militer untuk Ukraina. Apakah hubungan militer AS–Ukraina sedang berada di ujung tanduk?
Pada 15 Juni 2025, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa dirinya tidak diberi informasi sebelumnya mengenai rencana pengurangan dana Ukraine Security Assistance Initiative (USAI). Rencana ini sebelumnya diumumkan Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, dan disebut akan berlaku mulai anggaran tahun fiskal 2026.
Zelenskyy Merasa Ditinggalkan, Ingin Bicara Langsung dengan Trump
Zelenskyy secara gamblang menyebut bahwa keputusan itu mengejutkan dan sangat mengecewakan. Ia mengaku belum diajak bicara sebelum pengumuman dilakukan.
“Saya tidak diberi tahu sebelumnya soal rencana pemangkasan bantuan ini. Tapi saya masih sangat berharap bahwa sinyal-sinyal itu hanya sekadar sinyal,” kata Zelenskyy dalam wawancara dengan Newsmax, seperti dikutip pada Selasa (10/6/2025).
Ia juga menegaskan niatnya untuk berdiskusi langsung dengan Presiden AS Donald Trump guna mencegah kebijakan tersebut benar-benar dijalankan.
“Sangat penting agar Presiden Trump tidak membenarkan ucapan menterinya dengan tindakan nyata. Saya ingin bicara langsung dengannya,” ujarnya tegas.
Pengurangan Bantuan Dianggap Menghancurkan Moral Pasukan Ukraina
Bagi Zelenskyy, ancaman pemangkasan bantuan militer lebih dari sekadar keputusan administratif. Ia menyebut bahwa dampaknya sangat besar terhadap psikologis para prajurit di garis depan.
“Bahkan kata-kata saja bisa menghancurkan semangat kami di medan tempur. Ini lebih dari sekadar diplomasi, ini soal keberlangsungan hidup,” ungkapnya.
Meski begitu, Zelenskyy menekankan bahwa Ukraina tetap siap membeli senjata dari AS jika bantuan resmi tak lagi tersedia.
Rusia Peringatkan NATO soal Kiriman Senjata
Di sisi lain, Rusia menanggapi isu ini dengan nada ancaman. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa pasokan senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina dianggap sebagai bentuk keterlibatan langsung NATO dalam konflik.
“Pasokan senjata Barat menjadikan NATO sebagai pihak langsung dalam konflik ini. Itu adalah pelanggaran serius terhadap prinsip non-intervensi,” kata Lavrov dalam pernyataan resminya.
Lavrov juga memperingatkan bahwa setiap kargo militer yang dikirim ke Ukraina akan dianggap sebagai target sah oleh militer Rusia.
Kesimpulan: Zelenskyy di Persimpangan Diplomasi
Dengan ketegangan yang terus meningkat antara Ukraina, Rusia, dan negara-negara Barat, keputusan Amerika Serikat terkait bantuan militer akan berdampak signifikan. Jika Zelenskyy berhasil meyakinkan Trump, relasi militer kedua negara masih bisa terselamatkan.
Pertemuan antara Zelenskyy dan Trump—jika benar terjadi—dapat menjadi momen krusial dalam menentukan arah kebijakan luar negeri AS terhadap Ukraina, yang saat ini masih berada dalam pusaran konflik sejak 2022. (*)