finnews.id – Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menerapkan kebijakan tarif timbal balik atau reciprocal tariffs telah mengguncang pasar keuangan global, termasuk aset kripto dan Bitcoin turun.
“Setelah detail tarif diumumkan, Bitcoin turun ke level 83.000 dolar AS, walaupun sempat mengalami kenaikan ke level 87.000 dolar AS saat pengumuman awal,” kata Analis Reku Fahmi Almuttaqin dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 3 April 2025.
Tekanan pasar ini turut dirasakan oleh sektor saham AS, yang mana indeks Nasdaq 100 terkoreksi 2,3 persen dan S&P 500 turun 1,7 persen dalam sesi perdagangan setelah jam kerja.
Saham teknologi utama, seperti Tesla dan Palantir, mengalami penurunan 8 persen, sementara Apple, Amazon, dan Nvidia masing-masing turun 6-7 persen.
Di sisi lain, harga emas melonjak ke rekor baru mendekati 3.200 dolar AS per ounce, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven.
Kebijakan tarif ini berpotensi memicu ketegangan perdagangan global, terutama dengan China dan Uni Eropa, yang kemungkinan akan merespons dengan langkah serupa.
Kebijakan tarif terbaru AS ini mencakup pengenaan tarif sebesar 25 persen pada semua mobil impor yang efektif mulai 3 April hari ini, serta tarif umum sebesar 10 persen untuk semua barang impor yang mulai berlaku pada 5 April 2025.
Selain itu, beberapa negara akan dikenakan tarif khusus yang mulai berlaku pada 9 April, dengan China dikenakan tarif sebesar 34 persen, Vietnam 46 persen, Taiwan 32 persen, Korea Selatan 25 persen, Uni Eropa 20 persen, dan Swiss 31 persen.
Sementara, Indonesia berada di urutan ke delapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen.
Trump menegaskan kebijakan ini bertujuan untuk melindungi ekonomi AS yang dianggapnya telah dirugikan oleh perdagangan yang tidak adil selama lebih dari 50 tahun.
Fahmi menilai kebijakan tarif yang akan diberlakukan ini dapat memicu kembali lonjakan inflasi dan memperpanjang periode suku bunga tinggi.