finnews.id – CEO Binance, Richard Teng, menyebut bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membawa angin segar bagi industri kripto. Dalam sebuah wawancara, Teng mengungkapkan bahwa situasi saat ini jauh lebih kondusif dibandingkan sebelumnya.
“Ini adalah lingkungan yang sangat berbeda dengan apa yang kami alami sebelumnya. Perubahan kebijakan yang lebih mendukung tentu berdampak besar bagi industri kripto,” ujar Teng, dikutip dari CNBC, Selasa, 25 Maret 2025.
Dari Sanksi Berat Menuju Era Kemitraan
Hanya dalam waktu 16 bulan, Binance mengalami perubahan signifikan. Dari sempat dikenakan denda besar hingga menghadapi pengawasan ketat, kini perusahaan tersebut menikmati suasana yang lebih bersahabat. Teng menilai perubahan kebijakan ini memberikan keuntungan bagi Binance, termasuk dalam upayanya memperluas pasar.
Namun, rumor yang beredar mengenai potensi keterlibatan keluarga Trump dalam kepemilikan saham Binance.US langsung dibantah oleh Teng. “Binance.US dan Binance.com adalah dua entitas yang berbeda, dengan pemegang saham, dewan direksi, serta manajemen yang terpisah,” jelasnya.
Binance telah lama memisahkan operasinya di AS dari bisnis internasionalnya sebagai langkah untuk menghindari tekanan regulasi. Namun, perubahan kebijakan di bawah pemerintahan Trump membuat situasi lebih menguntungkan bagi industri kripto secara keseluruhan.
Ekspansi Global dan Dukungan Pemerintah
Di tengah perubahan ini, Binance semakin agresif dalam ekspansi globalnya. Teng mengklaim jumlah pengguna Binance meningkat dari 170 juta menjadi 265 juta hanya dalam satu tahun terakhir. Perusahaan juga telah mendapatkan lisensi di 21 yurisdiksi, memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri aset digital.
“Kami telah menerima banyak permintaan dari berbagai pemerintah di seluruh dunia. Ada perkembangan regulasi yang positif di Jepang, Australia, Hong Kong, Brasil, Argentina, dan Uni Emirat Arab,” kata Teng.
Selain itu, Binance juga mendapatkan kepercayaan dari dana kekayaan kedaulatan, yang mulai mengalokasikan investasi ke aset kripto. Hal ini semakin memperkuat posisi Binance dalam peta industri global.
Masa Lalu yang Kelam dan Upaya Perbaikan
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa Binance memiliki masa lalu yang penuh tantangan. Pendiri Binance, Changpeng Zhao (CZ), sempat dikenai dakwaan pidana, mengundurkan diri, dan menjalani hukuman penjara. Perusahaan juga membayar denda miliaran dolar sebagai penyelesaian berbagai pelanggaran dengan regulator AS.
Kini, Binance berusaha menunjukkan komitmennya terhadap kepatuhan regulasi. Teng mengungkapkan bahwa Binance telah merekrut lebih dari 1.300 profesional di bidang kepatuhan, sekitar seperempat dari total tenaga kerja perusahaan.
“Dulu kami kurang berinvestasi dalam kepatuhan. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kami memperbaiki kesalahan tersebut dan membangun kepercayaan,” katanya.
Tantangan di Nigeria dan Investasi Besar dalam AI
Selain menghadapi tantangan di AS, Binance juga mengalami masalah di Nigeria. Pejabat kepatuhan Binance, Tigran Gambaryan, sempat ditahan dengan tuduhan membantu pelanggan menghindari pajak melalui platform Binance. Meskipun akhirnya dibebaskan, kasus ini sempat menjadi perhatian besar.
Di sisi lain, Binance juga mulai merambah sektor kecerdasan buatan (AI). Perusahaan baru-baru ini melakukan investasi senilai US$2 miliar bersama MGX, dana teknologi canggih asal Uni Emirat Arab yang bermitra dengan BlackRock dan Microsoft. Investasi ini disebut sebagai langkah strategis Binance untuk menjembatani sektor kripto dan AI.
“Kami memanfaatkan AI dalam berbagai aspek operasional kami. Teknologi ini akan memainkan peran penting dalam pengembangan blockchain di masa depan,” kata Teng. (*)