finnews.id – Setelah 18 tahun bernaung di bawah label Musica Studios, grup band D’Masiv resmi memutuskan untuk hengkang dan memilih jalur independen. Keputusan ini menandai babak baru dalam perjalanan karier mereka di industri musik Indonesia.
Album ke-8 menjadi karya terakhir D’Masiv bersama Musica Studios sebelum kontrak mereka resmi berakhir. Vokalis D’Masiv, Rian Ekky Pradipta, memastikan bahwa keputusan ini diambil tanpa konflik.
“Album kedelapan kemarin menjadi akhir perjalanan D’Masiv bersama Musica Studios. Kami baik-baik saja,” ujar Rian dalam keterangannya, Rabu, 26 Februari 2025.
Rian menegaskan bahwa setelah lebih dari dua dekade bermusik, D’Masiv ingin terus berkembang dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki secara mandiri.
“Selama 22 tahun kami sudah manggung dari Sabang sampai Merauke. Kini saatnya melangkah ke tahap selanjutnya dengan jalan indie. Ini adalah salah satu cara kami bersyukur,” katanya.
Perjalanan Panjang D’Masiv Bersama Musica Studios
D’Masiv pertama kali mencuri perhatian publik setelah memenangkan kompetisi musik A Mild Live Wanted pada tahun 2007. Kemenangan ini membawa mereka ke Musica Studios, salah satu label rekaman terbesar di Indonesia. Di bawah naungan Musica, D’Masiv merilis album debut mereka, Perubahan (2008), yang langsung melejit dengan lagu-lagu seperti Cinta Ini Membunuhku dan Di Antara Kalian. Album ini sukses besar, terjual lebih dari 200.000 kopi dalam waktu singkat.
Sejak saat itu, D’Masiv terus merilis album-album yang mendapat sambutan hangat dari penggemar. Beberapa album mereka, seperti Perjalanan (2012) dan Love (2019), memperkuat posisi mereka sebagai salah satu band papan atas di Indonesia. Lagu-lagu mereka sering menduduki puncak tangga lagu dan menjadi soundtrack berbagai film serta sinetron. Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan penuh Musica Studios dalam hal produksi, distribusi, dan promosi.
Selain sukses di dalam negeri, D’Masiv juga berhasil menembus pasar internasional. Mereka pernah berkolaborasi dengan musisi luar negeri seperti Ariel Noah dan musisi Jepang, Hiroaki Kato. Bahkan, mereka sempat tampil di beberapa festival musik di luar negeri, membuktikan bahwa musik mereka bisa diterima secara global. Semua pencapaian ini menunjukkan betapa eratnya hubungan D’Masiv dengan Musica Studios selama bertahun-tahun.
Namun, meskipun perjalanan mereka bersama Musica Studios penuh dengan kesuksesan, D’Masiv merasa bahwa sudah saatnya mereka mengambil kendali penuh atas karier mereka. Keputusan untuk hengkang dari label besar ini bukanlah sesuatu yang diambil secara mendadak, melainkan hasil dari pertimbangan panjang mengenai arah musik dan kebebasan berkarya.
Alasan di Balik Keputusan D’Masiv Hengkang
Salah satu alasan utama D’Masiv memilih untuk keluar dari Musica Studios adalah keinginan untuk memiliki kebebasan dalam berkarya. Dalam industri musik, label rekaman sering kali memiliki kontrol besar terhadap keputusan artistik, termasuk pemilihan lagu, konsep album, hingga strategi pemasaran. Meskipun hal ini membantu dalam membangun popularitas, banyak musisi yang merasa terbatas dalam mengekspresikan kreativitas mereka.
Rian Ekky Pradipta, vokalis D’Masiv, dalam sebuah wawancara mengungkapkan bahwa mereka ingin lebih bebas dalam menentukan arah musik mereka. “Kami ingin lebih eksploratif dan tidak terikat dengan aturan-aturan yang selama ini membatasi kami,” ujarnya. Dengan menjadi band independen, mereka bisa lebih fleksibel dalam merilis lagu, berkolaborasi dengan musisi lain, dan menentukan strategi promosi yang lebih sesuai dengan visi mereka.
Selain itu, perkembangan teknologi dan digitalisasi industri musik juga menjadi faktor penting dalam keputusan ini. Saat ini, banyak musisi yang sukses tanpa bergantung pada label besar, berkat platform streaming seperti Spotify, YouTube, dan TikTok. Data dari IFPI (International Federation of the Phonographic Industry) menunjukkan bahwa pendapatan dari streaming musik global meningkat 18,5% pada tahun 2023, membuktikan bahwa musisi independen memiliki peluang besar untuk sukses tanpa label besar.
Keputusan ini juga didorong oleh keinginan D’Masiv untuk lebih dekat dengan penggemar mereka. Dengan menjadi band independen, mereka bisa lebih langsung berinteraksi dengan pendengar tanpa perantara label. Ini memungkinkan mereka untuk membangun komunitas yang lebih kuat dan merespons keinginan penggemar dengan lebih cepat.
Tantangan dan Peluang sebagai Band Independen
Menjadi band independen tentu bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah aspek finansial. Sebagai bagian dari label besar, D’Masiv sebelumnya mendapatkan dukungan dana untuk produksi album, promosi, dan tur. Kini, mereka harus mengelola semua aspek tersebut sendiri, yang tentu membutuhkan strategi bisnis yang matang.
Selain itu, distribusi musik juga menjadi tantangan tersendiri. Label besar memiliki jaringan distribusi yang luas, baik di platform digital maupun fisik. Tanpa dukungan label, D’Masiv harus bekerja lebih keras untuk memastikan musik mereka tetap menjangkau pendengar yang luas. Namun, dengan semakin berkembangnya platform digital, tantangan ini bisa diatasi dengan strategi pemasaran yang tepat.
Di sisi lain, menjadi band independen juga membuka banyak peluang. Salah satunya adalah kebebasan dalam menentukan jadwal rilis lagu dan album. Mereka tidak lagi terikat dengan jadwal yang ditentukan label, sehingga bisa lebih responsif terhadap tren musik dan permintaan penggemar.
Selain itu, mereka juga bisa lebih leluasa dalam berkolaborasi dengan musisi lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Tanpa batasan dari label, D’Masiv bisa mengeksplorasi berbagai genre dan gaya musik yang mungkin sebelumnya sulit dilakukan. Ini bisa menjadi peluang besar untuk memperluas basis penggemar mereka dan tetap relevan di industri musik yang terus berkembang.
Harapan dan Rencana D’Masiv di Masa Depan
Keputusan untuk menjadi band independen tentu membawa harapan besar bagi D’Masiv. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka bisa tetap eksis dan sukses tanpa dukungan label besar. Dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di industri musik, mereka yakin bisa mengelola karier mereka sendiri dengan baik.
Salah satu rencana utama mereka adalah merilis musik secara lebih fleksibel. Mereka tidak lagi harus menunggu persetujuan label untuk merilis lagu baru, sehingga bisa lebih sering menghadirkan karya-karya segar bagi penggemar. Selain itu, mereka juga berencana untuk lebih aktif di platform digital, seperti YouTube dan TikTok, untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
D’Masiv juga berencana untuk menggelar tur independen, baik di dalam maupun luar negeri. Dengan mengelola tur sendiri, mereka bisa lebih dekat dengan penggemar dan menciptakan pengalaman konser yang lebih personal. Ini juga bisa menjadi sumber pendapatan utama mereka, mengingat konser dan merchandise adalah salah satu cara utama musisi independen menghasilkan uang.
Pada akhirnya, keputusan D’Masiv untuk hengkang dari Musica Studios adalah langkah berani yang menunjukkan tekad mereka untuk terus berkembang. Dengan tantangan dan peluang yang ada, mereka siap menghadapi babak baru dalam perjalanan musik mereka. Para penggemar tentu berharap bahwa keputusan ini akan membawa D’Masiv ke level yang lebih tinggi dan terus menghadirkan karya-karya yang menginspirasi.
D’Masiv, Perjalanan Panjang di Industri Musik
D’Masiv merupakan grup band asal Indonesia yang terbentuk pada 2003 dengan formasi awal Rian (vokal), Wahyu “Oti” (gitar), Endra (bass), Kiki (drum), dan Dedi (keyboard). Nama mereka mulai dikenal luas setelah merilis album perdana Cinta Ini Membunuhku pada 2005.
Sejak saat itu, D’Masiv terus eksis dengan lagu-lagu yang sukses di pasaran. Musik mereka yang mengusung genre pop rock dengan sentuhan melankolis berhasil menarik perhatian penikmat musik di Indonesia.
Beberapa lagu hits D’Masiv yang masih digemari hingga kini antara lain Cinta Ini Membunuhku, Jangan Menyerah, Tak Kan Terganti, dan Demi Waktu.