Redaksi fin.co.id menegaskan bahwa sah-sah saja bagi para pengamat politik maupun unsur partai penguasa untuk beropini, tetapi keputusan akhir tetap di tangan Presiden. Yang perlu kita awasi adalah dampaknya: apakah pergantian ini membawa perubahan positif atau justru menghambat kemajuan pendidikan kita?
Presiden Prabowo Subianto telah menekankan pentingnya inovasi dalam pendidikan tinggi dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Harapan itu harus diterjemahkan dalam bentuk kebijakan yang konkret dan tepat sasaran. Menteri baru yang akan menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro haruslah sosok yang memahami betul tantangan pendidikan tinggi di era globalisasi, bukan sekadar figur kompromi politik.
Jangan sampai reshuffle ini menjadi langkah yang justru memperlemah institusi pendidikan kita. Jangan sampai keputusan ini diambil hanya karena urusan perbedaan selera dan kepentingan pragmatis sesaat. Pendidikan tinggi adalah investasi jangka panjang bagi bangsa, bukan sekadar alat politik yang bisa dipermainkan seenaknya. Kita butuh pemimpin yang mampu membawa dunia pendidikan ke level yang lebih tinggi, bukan sekadar pengganti yang tunduk pada kepentingan sesaat.
Jika reshuffle hanya dilakukan untuk meredam kritik dan perbedaan pandangan, maka itu sama saja dengan mengorbankan masa depan generasi penerus bangsa. Pendidikan bukan sekadar urusan pergantian kursi, melainkan tentang membangun pondasi yang kokoh bagi Indonesia yang lebih maju. Kita tentu berharap, reshuffle ini bukan sekadar langkah kosmetik, tetapi benar-benar memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan Indonesia. (Sigit Nugroho)