finnews.id – Review Stranger Things Season 5 Volume 1 langsung ramai setelah tayang di Netflix. Musim ini membawa kembali horor, misteri, dan drama persahabatan khas Hawkins. Banyak penonton merasa nostalgia, tetapi reaksi kritikus tidak sepenuhnya sejalan. Ada pujian besar, tetapi juga kritik tajam. Namun, atmosfer menunggu akhir tetap terasa.
Di Rotten Tomatoes, review Stranger Things Season 5 Volume 1 mendapatkan 85% Tomatometer. Critics Consensus menulis, “Bigger in scale and darker in tone, Stranger Things begins its final story arc with thrilling spectacle, even if not every emotional beat lands.” Konsensus ini memperlihatkan penilaian yang cukup positif, meski dengan catatan.
Nilai Positif dari Kritikus
Banyak review Stranger Things Season 5 bernada optimis. Jen Chaney dari TV Guide mengatakan, “Stranger Things remains great at the most important and rare skill it possesses: the ability to appeal to audiences across the age spectrum.” Ulasan ini menyoroti daya tarik lintas generasi yang masih kuat.
Vicky Jessop dari London Evening Standard menulis, “It’s classic 80s adventure fare… I gulped it down — more please.” Ini menunjukkan bahwa vibe petualangan 80-an masih berhasil.
Bob Strauss dari TheWrap menilai penceritaannya tetap efektif. Ia mengatakan, “There’s a simplicity to Stranger Things’ storylines that somehow allows rich behavioral, cultural and mythically unnerving elements to make their marks without slowing things down.”
Laura Martin dari BBC memberi reaksi positif dan menulis, “No Stranger Things fan is going away disappointed… the anticipation for the rest of the season is at fever pitch.” Banyak yang setuju bahwa penutup ini mulai dengan energi besar.
Kritik dari Reviewer yang Kurang Puas
Tidak semua review Stranger Things Season 5 bernada manis. Sam Adams dari Slate berkata, “It’s a show now sealed in an airless, impenetrable bubble of stagnant characters and snarled lore.” Kritik ini menyoroti stagnasi karakter.
Sophie Gilbert dari The Atlantic juga memberi komentar keras. Ia mengatakan, “I found the first four episodes largely joyless and grim.” Nada gelap dalam cerita jadi salah satu keluhan utama.
Ben Travers dari IndieWire menulis, “Instead, they suffer from execution.” Kritik ini tidak menyerang durasi, tetapi cara cerita disampaikan.
Alison Herman dari Variety menilai karakter kurang berkembang. Menurutnya, “When you get bigger without going deeper, you end up stretched thin.” Banyak reviewer merasakan hal yang sama.
