finnews.id – Absennya Amerika Serikat di G20 menjadi sorotan utama selama pertemuan yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan. Selama ini Amerika Serikat dikenal sebagai salah satu aktor paling dominan dalam forum tersebut. Maka ketika Donald Trump tidak hadir, langkah itu menimbulkan pertanyaan tentang arah kebijakan luar negeri Washington dan posisi negara itu dalam diplomasi global.
Alasan Absennya Amerika Serikat
Keputusan untuk tidak hadir muncul setelah Trump menyampaikan klaim kontroversial mengenai dugaan kekerasan dan pengambilalihan lahan terhadap warga kulit putih Afrika Selatan. Banyak pihak internasional menilai klaim tersebut tidak berbasis data. Situasi itu menciptakan jarak diplomatik antara Washington dan Pretoria. Karena itu Amerika hanya mengirim delegasi tingkat teknis, bukan kepala negara.
Reaksi Pemimpin Dunia
Para pemimpin negara lain memberikan respons berbeda. Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menilai ketidakhadiran Trump tidak memengaruhi jalannya forum. Ia menyatakan multilateralisme tetap hidup dan berfungsi. Dari Eropa, Kanselir Jerman Fredriech Merz menganggap absensi tersebut bukan keputusan yang bijak. Ia menekankan bahwa dunia sedang berada pada fase pergeseran arah geopolitik dan kehadiran Amerika seharusnya membantu menjaga stabilitas.
Peran Global South Semakin Menguat
Pertemuan G20 tahun ini menjadi momentum penting bagi negara berkembang. Dalam tiga tahun terakhir Indonesia, India, dan Brasil memegang peran presidensi. Kini untuk pertama kalinya forum berlangsung di Afrika. Situasi ini menunjukkan adanya pergeseran pusat pengaruh dari Barat menuju Global South. Dengan absennya Amerika Serikat di G20, dinamika tersebut terlihat semakin jelas.
Agenda Perdamaian dan Isu Kemanusiaan
Pertemuan ini juga menghasilkan kesepakatan untuk mendukung perdamaian di wilayah konflik seperti Ukraina, Sudan, Palestina, dan Republik Demokratik Kongo. Masuknya Sudan dalam pembahasan dianggap langkah penting karena konflik di negara tersebut jarang mendapat perhatian forum global besar. Kesepakatan ini menunjukkan bahwa G20 mulai memperluas fokus, tidak hanya pada ekonomi tetapi juga isu kemanusiaan dan stabilitas regional.