finnews.id – Kebijakan anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat kembali menuai sorotan. Anggota DPRD Jabar, Maulana Yusuf Erwinsyah, menilai ada ironi besar dalam perencanaan keuangan daerah setelah terungkap bahwa anggaran yang digelontorkan untuk pelestarian 50 situs budaya Sunda pada 2026 hanya Rp156 juta, sementara proyek pembangunan gapura Gedung Sate justru menelan biaya Rp3,9 miliar.
Menurut Maulana Yusuf, proyek perbaikan lapangan parkir dan pembangunan gapura gerbang bergaya Candi Bentar tersebut bukan hanya tidak sesuai prioritas, tetapi juga keliru dalam upaya merepresentasikan identitas budaya Sunda.
“Mengurus situs cagar budaya peninggalan leluhur Sunda jauh lebih wajib daripada membangun gedung atau bangunan baru, meskipun membawa simbol-simbol Sunda,” tegasnya di Bandung, Sabtu (23/11).
Urgensi Gapura Dipertanyakan
Maulana Yusuf juga mempertanyakan urgensi proyek “wajah baru” Gedung Sate di tengah pemangkasan belanja pegawai dan kondisi infrastruktur publik yang kian memburuk.
Ia mencontohkan jalan provinsi Cisarua–Padalarang menuju Lembang yang rusak parah dan minim penerangan hingga membahayakan keselamatan warga, namun tidak masuk prioritas pembenahan.
Kritik lain diarahkan pada pemilihan desain Candi Bentar untuk gapura Gedung Sate. Menurutnya, desain tersebut tidak memiliki relevansi historis dengan budaya Sunda dan justru menunjukan lemahnya riset budaya dalam perencanaan pembangunan provinsi.
Terkait disahkannya anggaran dalam APBD Perubahan 2025, Maulana Yusuf mengungkap bahwa hal tersebut terjadi bukan karena persetujuan bulat DPRD, melainkan adanya dominasi keinginan eksekutif yang memanfaatkan waktu pembahasan anggaran yang sempit.
“Lebih tepatnya bukan disepakati, tapi dibiarkan. Karena Pak Gubernur bersikukuh dengan keinginannya sendiri,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, Maulana Yusuf juga menolak keras rencana lanjutan pada 2026 yang menyiapkan lebih dari Rp10 miliar untuk pembangunan gerbang batas provinsi dan kabupaten/kota bergaya Sunda.
Baginya, proyek mercusuar semacam itu hanya menonjolkan tampilan luar tetapi mengabaikan situs-situs sejarah yang justru terancam punah.