finnews.id – Pemerintah telah menerapkan skema baru pembagian kuota haji nasional untuk musim haji 2026. Hal ini berdampak pada batal berangkatnya calon jemaah haji di sejumlah daerah, salah satunya Bogor, Jawa Barat (Jabar).
Dalam skema baru itu, kuota provinsi Jabar turun dari 38.723 menjadi 29.643. Dampaknya dirasakan Kabupaten Bogor yang kini hanya memperoleh 1.598 kuota dari sebelumnya 3.189, serta Kota Bogor yang turun dari 929 menjadi 603 jemaah.
Kebijakan tersebut mengacu pada Pasal 13 ayat 2b UU Nomor 14 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, yang menetapkan kuota berdasarkan proporsi daftar tunggu antardaerah, bukan lagi proporsi jumlah penduduk Muslim.
penundaan mendadak tersebut memicu kecemasan dan stres pada sebagian jemaah, terutama mereka yang lanjut usia atau memiliki kondisi kesehatan tertentu.
Psikologis Calon Jemaah Haji Tertekan Akibat Batal Berangkat
Menurut Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi DPP Forum Komunikasi Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (FK KBIHU), Dr Desi Hasbiyah, perubahan skema kuota memukul psikologis ribuan jemaah yang sudah menunggu belasan tahun.
“Pertanyaan yang paling sering muncul adalah apakah mereka masih sempat berhaji di usia mereka sekarang. Itu menjadi kecemasan utama,” kata Desi, Kamis, 20 November 2025, dikutip Antara.
Menurutnya, perubahan kebijakan dapat dipahami sebagai upaya pemerintah mendekatkan asas keadilan antardaerah. Namun proses adaptasinya tidak dapat berlangsung cepat karena menyangkut harapan religius masyarakat.
“Skema ini memang dimaksudkan untuk keadilan, tetapi dari sisi sosial, ada kejutan besar yang harus ditangani dengan baik,” ucap Desi.
Ia menegaskan FK KBIHU melihat masalah utama bukan hanya pada kuota, tetapi pada kondisi psikologis jemaah yang tertekan akibat penundaan tersebut.
“Kami memandang perlunya perhatian serius pada kondisi batin jemaah. Mereka tidak boleh dibiarkan menghadapi ketidakpastian sendirian,” ujarnya.
Pembimbing Haji Diminta Lakukan Pendampigan pada Jemaah yang Batal Berangkat
Desi meminta pembimbing ibadah haji dan tokoh masyarakat melakukan pendampingan intensif agar jemaah dapat bangkit dari tekanan emosional dan tetap tenang menunggu giliran keberangkatan.