finnews.id – Italia kesulitan lolos Piala Dunia menjadi topik panas karena situasi ini bukan sekadar kebetulan, namun bagian dari pola yang sudah muncul sejak 2018.
Hal ini kembali terasa relevan setelah kekalahan besar dari Norwegia yang memaksa mereka masuk jalur play-off.
Italia kesulitan lolos Piala Dunia bahkan membangkitkan kekhawatiran publik bahwa skenario kegagalan berulang akan terjadi lagi.
Walaupun Italia kesulitan lolos Piala Dunia terdengar seperti kalimat emosional, kondisi ini punya faktor mendasar.
Pada akhirnya, Italia kesulitan lolos Piala Dunia karena gabungan aspek teknis, mental, struktural, dan perubahan format kualifikasi global.
Perubahan Format dan Level Kompetisi
Pertama, format baru Piala Dunia menciptakan tantangan yang lebih kompleks.
Eropa tetap memperoleh jumlah slot terbatas walaupun kompetisi bertambah banyak dan kualitas merata.
Format grup yang lebih kecil memang tampak sederhana, namun justru menciptakan risiko besar karena satu kekalahan langsung mengganggu peluang.
Tim unggulan seperti Italia tidak punya ruang kesalahan karena margin poin jauh lebih ketat.
Play-off yang hanya satu pertandingan terasa seperti perang mental, bukan sekadar strategi sepak bola.
Selain itu, tim Eropa lain mengalami peningkatan kualitas signifikan, contoh terbaik ialah Norwegia, Swiss, Turki, dan Slovenia.
Pertumbuhan taktik, fasilitas latihan modern, dan regenerasi cepat memberi ancaman baru untuk negara tradisional kuat.
Italia tidak bergerak dengan kecepatan yang sama dan ritme peningkatan lawan jauh lebih cepat daripada adaptasi internal mereka.
Regenerasi Pemain Tidak Optimal
Regenerasi menjadi problem paling sering muncul dalam evaluasi sepak bola Italia.
Tim nasional pernah kaya nama besar, mulai Cannavaro, Buffon, hingga Pirlo, namun setelah generasi itu, proses pembinaan tidak berjalan mulus.
Serie A banyak memakai pemain asing karena kebutuhan instan klub. Dampaknya, pemain muda Italia terlalu lama duduk sebagai cadangan atau menjadi pemain rotasi.
Banyak nama berbakat muncul, namun tidak punya pengalaman konsisten level atas.
Masalah terbesar terlihat pada ujung tombak. Italia jarang punya striker yang benar-benar tajam.
Mereka menguasai pertandingan, mengontrol bola, namun kesulitan mencetak gol.
Permainan kreatif kurang, tempo sering melambat, dan penyelesaian akhir lemah.