finnews.id – Nabi Adam AS adalah manusia pertama sekaligus nabi pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Kisah beliau bukan sekadar cerita awal penciptaan manusia, tetapi menjadi pelajaran penting bagi seluruh umat Muslim tentang ketaatan, kelemahan manusia, hingga makna sebuah pengampunan.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna karena diberikan akal untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan. Tidak seperti malaikat yang selalu taat dan iblis yang hanya mampu berbuat jahat, manusia memiliki pilihan. Karena itu, manusia yang taat kedudukannya lebih mulia dari malaikat, sementara manusia yang durhaka dapat lebih rendah dari iblis.
Penciptaan Adam dan Hawa
Setelah menciptakan Nabi Adam AS, Allah SWT menciptakan Siti Hawa dari salah satu tulang rusuk beliau. Hawa diciptakan sebagai pendamping Adam agar keduanya hidup bersama dalam ketenteraman di surga.
Namun, kesempurnaan keduanya tidak menjamin terhindar dari ujian. Iblis menggoda Adam dan Hawa untuk mendekati pohon terlarang, hingga akhirnya mereka tergelincir dan memakan buah khuldi.
Peristiwa ini disebutkan dalam Al-Baqarah ayat 35:
Al-Baqarah Ayat 35
وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Wa qulnā yā Ādamuskun anta wa zaujukal-jannata wa kulā minhā ragadan ḥaitsu syi’tumā wa lā taqrabā hādzihisy-syajarata fatakūnā minazh-zhālimīn.
Artinya:
“Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga. Makanlah dengan nikmat apa saja yang ada di dalamnya sesukamи, tetapi janganlah kamu dekati pohon ini, agar kamu tidak termasuk orang-orang yang zalim.”
Nabi Adam Lupa dan Tidak Teguh
Allah juga menegaskan dalam Surah Taha ayat 115 bahwa Adam tidak memiliki keteguhan hati saat menghadapi godaan:
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلٰىٓ اٰدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
Wa laqad ‘ahidnā ilā ādama min qablu fanasiyā wa lam najid lahu ‘azmā.
Artinya:
“Sungguh, Kami telah memerintahkan kepada Adam sebelumnya, tetapi ia lupa dan Kami tidak mendapatinya memiliki keteguhan.”
Karena kesalahan itu, Adam dan Hawa diturunkan ke bumi pada tempat yang berbeda. Keduanya hidup terpisah dan menjalani kehidupan baru sebagai ujian atas pelanggaran yang mereka lakukan.