finnews.id – Pada Mei 2025, Max Verstappen menghadapi momen sulit di Grand Prix Spanyol. Frustrasi akibat performa mobil Red Bull yang kurang optimal, bikin ia menabrak George Russell dari Mercedes.
Tindakan ini membuat Verstappen menerima penalti 10 detik dan menambah satu poin penalti yang hampir membuatnya terkena larangan balap.
Akibatnya, ia turun dari posisi kelima ke posisi 10 dan kehilangan sembilan poin penting di klasemen, akhirnya kini, peluangnya mempertahankan gelar dunia menipis.
Reaksi Emosional dan Penyesalan
Lima bulan kemudian, saat akhir pekan Grand Prix Sao Paulo (November 2025), Verstappen mengakui kepada media Viaplay bahwa ia “mengacau” di Barcelona. I
a menjelaskan bahwa kemarahan muncul karena insiden restart, tikungan pertama, dan perintah untuk mengembalikan posisi.
Verstappen merasa sulit menerima tampil kurang maksimal, karena ia selalu ingin memberikan performa 100 persen di mobilnya.
Pelajaran dari Momen Mengacau
Verstappen menekankan bahwa pengalaman ini menjadi pelajaran berharga.
Ia berjanji bahwa kejadian serupa tidak akan terulang, meskipun menghadapi situasi mobil yang serupa di masa depan.
Ia menyadari bahwa mengendalikan emosi sama pentingnya dengan kecepatan di lintasan, dan ini membuatnya lebih siap menghadapi balapan selanjutnya.
Dampak ke Perebutan Gelar 2025
Meski mengacau di Spanyol, Verstappen mampu menunjukkan performa luar biasa sepanjang musim.
Setelah musim panas, Red Bull memperbaiki mobilnya, memungkinkan Verstappen kembali ke kontensi gelar.
Di Brasil, ia bahkan finis ketiga dari pitlane, menunjukkan determinasi tinggi.
Namun, hilangnya poin penting di Spanyol membuat peluangnya meraih gelar juara dunia kelima berturut-turut hampir tertutup.
Saat ini, ia tertinggal 49 poin dari Lando Norris, dengan tiga seri tersisa.
Andaikan insiden di Spanyol itu tidak terjadi, ceritanya mungkin akan sedikit berbeda.
Kesimpulan Musim 2025
Kejadian itu kini menjadi momen penting dalam perjalanan Verstappen di F1 2025.
Meskipun sempat kesalahan, ia mampu belajar dari pengalaman, bangkit, dan tetap menunjukkan performa luar biasa.
Musim ini membuktikan bahwa dalam balap, mengendalikan emosi sama pentingnya dengan kecepatan di lintasan.
Referensi: