finnews.id – Uni Eropa mengecam serangan Israel di Lebanon selatan dan meminta Israel untuk menghormati gencatan senjata dengan kelompok militan Hizbullah.
“Uni Eropa menyerukan Israel untuk menghentikan semua tindakan yang melanggar resolusi 1701 dan perjanjian gencatan senjata yang dicapai setahun lalu pada November 2024,” ujar juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa, Anouar El Anouni, Sabtu, 8 November 2025.
“Pada saat yang sama, kami mendesak semua pihak di Lebanon, terutama Hizbullah, untuk menahan diri dari tindakan atau respons apa pun yang dapat memperburuk situasi,” tambahnya.
Menurutnya, fokus semua pihak harus tertuju pada pemeliharaan gencatan senjata dan kemajuan yang telah dicapai sejauh ini.
Sebelumnya, Israel melancarkan serangan baru di Lebanon selatan pada pertengahan pekan ini. Israel mengklaim menargetkan organisasi yang didukung Iran tersebut dan menuduh kelompok tersebut mempersenjatai kembali persenjataan mereka.
Tentara Israel sebelumnya telah meminta penduduk empat desa untuk mengevakuasi bangunan, memperingatkan bahwa mereka berencana untuk menargetkan infrastruktur militer Hizbullah.
Militer Lebanon Tuduh Israel Rusak Stabilitas
Militer Lebanon menuduh Israel berusaha “merusak stabilitas Lebanon” dan “mencegah penyelesaian pengerahan militer” sesuai dengan gencatan senjata.
Presiden Lebanon Joseph Aoun mengutuk serangan Israel tersebut, demikian pula Iran, yang menyebutnya sebagai serangan “biadab” dan meminta masyarakat internasional untuk campur tangan.
Lebanon dan Israel secara teknis masih dalam keadaan perang, tetapi semua konflik bersenjata baru-baru ini dengan Israel diperjuangkan oleh Hizbullah, bukan militer Lebanon.
Hizbullah adalah satu-satunya gerakan di Lebanon yang menolak untuk melucuti senjata setelah perang saudara 1975-1990, pertama-tama mengklaim bahwa mereka memiliki kewajiban untuk membebaskan wilayah yang diduduki oleh Israel, dan kemudian untuk terus mempertahankan negara tersebut.