finnews.id – Musim Formula 1 2025 semakin panas setelah rumor dan analisis bermunculan soal performa Piastri menurun di paruh akhir musim. Oscar Piastri yang sempat unggul 34 poin atas rekan setimnya Lando Norris, kini justru tertinggal satu poin setelah rentetan hasil buruk sejak GP Belanda. Pertanyaannya, apakah ini soal Piastri yang kehilangan sentuhan, atau Norris yang sedang tampil on fire?
Dari Dominasi ke Tekanan Beruntun
Setelah kemenangan impresif di Zandvoort, performa Piastri menurun secara drastis. GP Azerbaijan menjadi titik balik yang menyakitkan. Dua kali menabrak, satu kali jump start, dan sejak itu ritmenya menghilang. Dalam empat seri terakhir — Singapura, Austin, dan Meksiko — Piastri selalu tertinggal jauh dari Norris, bahkan ketika mobil McLaren tetap kompetitif.
Martin Brundle dari Sky Sports menilai, masalah utamanya bukan pada mobil, tapi di kepala sang pembalap. Menurutnya, setelah serangkaian insiden, mentalitas Piastri terguncang. “Baku itu menghancurkan pikirannya,” kata Brundle. “Ia dua kali menabrak, lalu melakukan kesalahan saat start. Sekarang ia kehilangan sedikit rasa percaya diri, dan di F1, kehilangan sepersekian detik itu bisa berarti kehilangan segalanya.”
Ketika Norris Naik Level
Namun, tak semua orang menilai masalah ini sepihak. Jacques Villeneuve justru melihatnya sebagai momen di mana Lando Norris akhirnya menunjukkan kapasitas maksimalnya. “Awal musim, Norris belum nyaman dengan mobil,” ujar sang juara dunia 1997. “Tapi menjelang akhir musim, dia tampil seperti versi terbaiknya. Sementara Piastri mungkin sudah di batasnya.”
Villeneuve menggambarkan situasi ini seperti tim olahraga yang tampil biasa saja sepanjang musim, lalu tiba-tiba meledak di babak akhir. Norris kini lebih agresif, percaya diri, dan efisien. Dalam analisisnya, performa Piastri menurun bukan semata karena kesalahan teknis, melainkan karena Norris menaikkan standar hingga rekan setimnya mulai goyah.
Tekanan Mental di Level Tertinggi
Performa di Formula 1 tak hanya soal mesin dan strategi, tapi juga state of mind. Ketika Norris menemukan ritme dan memenangi balapan secara dominan, Piastri justru mulai meragukan gaya balapnya sendiri. Ia bahkan sempat mengaku telah mengubah pendekatan mengemudi demi mencari kecepatan, yang ironisnya malah membuatnya kehilangan kestabilan.
Inilah fenomena klasik dalam dunia olahraga profesional: ketika seorang atlet kehilangan kepercayaan diri, ia mulai overthinking dan kehilangan naluri alami. Brundle menyebut kondisi itu spiral mentalitas kompetitif — semakin berusaha keras, semakin jauh dari performa terbaik.
 
                                                                         
                                     
                             
                                 
				                
				             
						             
						             
						             
						             
 
			         
 
			         
 
			         
 
			         
                                                                                                             
				             
				            