SETIAP kali marah yang ia tembakkan adalah ”peluru tarif”. Kemarin yang kena marah Kanada. Maka tarif barang ekspor Kanada ke Amerika dinaikkan lagi 10 persen.
Yang marah Anda sudah tahu: Presiden Donald Trump. Padahal ia sedang dalam penerbangan ke Malaysia –untuk menghadiri KTT Asean-plus-plus.
Penyebab marahnya pun hanya sebuah iklan di televisi. Tapi iklan itu memang seperti mengejek Trump. Masif pula. Di begitu banyak televisi Amerika.
Isi iklan: kutipan pidato Presiden Amerika Ronald Reagan tahun 1987. Reagan separtai dengan Trump. Sering disebut pula sebagai inspirator Trump.
Tapi isi pidato yang ditayangkan di iklan itu menggambarkan seolah Trump mengabaikan ”fatwa” Reagan.
Trump marah lantaran iklan itu hanya mengutip satu potong dari banyak kalimat Reagan. Hanya diambil potongan kalimat yang ”anti tarif”.
Simaklah bunyi iklan itu: “You see, awalnya ketika orang minta agar barang impor dikenakan tarif, seolah itu sangat patriotic karena seperti membela produk dalam negeri Amerika dan menjaga lapangan kerja. Itu kadang berhasil, untuk jangka pendek, tapi hanya jangka pendek”.
Iklan itu, seperti kata perusuh Disway kapan itu, ”nabok nyilih tangan’ –menampar Trump pinjam tangan Reagan.
Siapa pemasang iklannya?
Ia adalah orang paling marah pada kebijakan Trump: Douglas Robert Ford Jr. Umur 60 tahun.
Doug adalah gubernur Ontario. Provinsi ini berbatasan langsung dengan Minnesota dan Michigan. Anda pasti masih ingat: di awal kemarahannya kepada Trump dulu Doug sampai memutus jaringan listrik Ontario ke kota-kota kecil Amerika di sebelahnya.
Pemerintah pusat Kanada segera minta iklan itu dihentikan. Alasannya: perundingan dagang dengan Amerika sedang dirintis untuk bisa dimulai lagi. Doug pun setuju. Tapi khusus untuk tayangan di pertandingan baseball antara Los Angeles lawan Ontario tidak bisa dibatalkan. Itu pertandingan penting seri kejuaraan dunia.
Presiden Reagan memang berpidato soal itu tanggal 25 April 1987. Saat itu Reagan lagi marah kepada Jepang. Penyebabnya: Jepang tidak mematuhi perjanjian dagang. Bukan karena Reagan pro pengenaan tarif.