finnews.id – Mitos diculik roh halus saat magrib bukan sekadar cerita lama tanpa makna, di berbagai daerah di Indonesia, waktu magrib dianggap sebagai batas antara dunia nyata dan dunia tak kasat mata.
Bukan hanya tentang kewajiban beribadah, tapi juga peringatan agar manusia tak lengah, karena dipercaya roh-roh halus berkeliaran saat senja menjelang.
Sejak kecil, banyak anak diajari untuk segera masuk rumah begitu langit mulai memerah. “Jangan main di luar saat magrib, nanti diculik wewe gombel!” Begitulah pesan yang terus diulang orang tua dengan nada serius.
Mitos diculik roh halus saat magrib dipercaya sebagai bentuk perlindungan, sekaligus bentuk kearifan lokal dalam menjaga anak-anak dari bahaya, baik yang kasat mata maupun tidak.
Namun, bagaimana jika suatu hari mitos itu menjadi kenyataan? Itulah yang terjadi pada Zaki, keponakan Miya, yang menghilang secara misterius setelah melanggar larangan untuk berada di luar rumah saat magrib.
Zaky diceritakan hilang di kebun aren yang terkenal keramat dan warga percaya, ia telah dibawa oleh sosok yang sejak lama ditakuti, yaitu Wewe Gombel.
Saat Senja Menelan Cahaya Hilangnya Zaki
Hari itu, Zaki yang baru berusia enam tahun pulang mengaji lebih larut dari biasanya karena menghadiri ulang tahun temannya.
Rute pulangnya melewati kebun aren tempat yang oleh warga dianggap “angker”. Saat ia belum sampai rumah hingga malam tiba, kecemasan mulai menyelimuti keluarga.
Upaya pencarian dilakukan oleh warga. Obor, wajan, dan panci dibawa sambil menyerukan nama Zaki.
Mereka menyusuri jalur gelap, berteriak melawan sunyi, sambil terus berharap anak itu masih selamat. Namun malam semakin larut, dan tak ada tanda-tanda kehadirannya.
Kecurigaan mulai muncul, mungkinkah ini benar-benar perbuatan Wewe Gombel, sang penculik anak?
Pak Ijal, seorang sesepuh desa yang dikenal memiliki indera keenam, dipanggil. Dengan mata terpejam, ia menunjuk ke arah kebun aren dan berkata,
“Zaki masih di sana, tapi tak bisa pulang sendiri.”
Warga kembali menyisir kebun aren. Angin dingin mulai terasa, daun bergetar meski tak ada hembusan.