finnews.id – Pasar saham dan mata uang di Asia mengalami tekanan hebat jelang penutupan perdagangan Jumat (13/6). Ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran memicu gelombang kepanikan investor yang buru-buru mengalihkan dananya ke aset aman alias safe haven, mendorong penurunan tajam di hampir semua mata uang dan indeks saham utama kawasan, termasuk rupiah.
Situasi ini bermula dari serangan militer Israel ke fasilitas nuklir Iran, yang langsung direspons Teheran dengan peluncuran rudal dan drone ke wilayah Israel. Israel pun mendeklarasikan kondisi darurat nasional. Ketegangan ini tidak hanya memicu kekhawatiran keamanan, tapi juga mengguncang pasar energi dan keuangan global.
Harga Minyak Naik Tajam, Mata Uang Asia Tertekan
Menurut laporan Reuters, harga minyak melonjak lebih dari 9% karena kekhawatiran gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah. Bagi negara-negara pengimpor minyak seperti Indonesia, kondisi ini menambah tekanan pada neraca transaksi berjalan dan nilai tukar.
“Kenaikan harga minyak dunia bisa memperlebar defisit transaksi berjalan, dan itu membuat mata uang seperti rupiah makin rentan,” ujar Alan Lau, analis valas dari Maybank, dikutip Reuters.
Sampai pukul 15:00 WIB, rupiah tercatat melemah 0,5%, mengikuti tren negatif mata uang Asia lainnya seperti won Korea Selatan (-0,8%), peso Filipina (-0,8%), dan rupee India (-0,6%). Ringgit Malaysia pun ikut turun 0,5% meski Malaysia adalah pengekspor minyak dan gas neto.
Taiwan Jadi Pengecualian, Dolar AS Perkasa
Menariknya, dolar Taiwan justru menguat hingga 0,5% dan mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Meski begitu, otoritas moneter Taiwan tetap waspada.
“Bank sentral menjaga agar nilai tukar dolar Taiwan tidak menguat terlalu cepat, mendekati kisaran 29,5,” ujar seorang pedagang valuta asing di Taipei.
Di sisi lain, indeks DXY yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama naik 0,5%, memulihkan diri dari posisi terendah pekan ini. Kuatnya dolar AS menambah tekanan pada mata uang regional.
Bursa Asia Turun Serentak, IHSG Terkoreksi 0,6%
Tidak hanya mata uang, indeks saham Asia juga ikut tertekan. KOSPI Korea Selatan turun 1,5%, TAIEX Taiwan merosot 1%, sementara IHSG Indonesia melemah 0,6%. Hanya indeks PSEI Filipina yang mencatatkan penguatan tipis sebesar 0,4%.
Analis memperkirakan tekanan ini belum akan mereda dalam waktu dekat, apalagi pekan depan sejumlah bank sentral besar seperti Federal Reserve (The Fed), Bank of Japan, dan Bank of England akan menggelar pertemuan kebijakan.
“Pasar masih menunggu arah suku bunga global, yang bisa memperkuat dolar AS lebih lanjut,” tambah Lau.
Data Lengkap: Performa Mata Uang dan Indeks Saham Asia